43. Time

1.1K 209 36
                                    

James menatap Lily yang sedang membenahi helm yang membungkus kepalanya sesaat setelah Rose memberi kabar yang menurutnya sangat mengganjal. Seharian berada di lapangan tanpa membawa ponsel memang salah besar, nyatanya berita yang sedang mem-borbardir notifikasi hingga penuh satu layar sontak membuatnya geram.

Langit senja yang memancarkan gradiasi ungu violet dengan cahaya berkilau keemasan yang terlihat begitu unik saja tak mampu membuat seorang James terpana, bola matanya tetap menjamah rentetan berita yang tersaji jelas di depan matanya. "Si Vee goblok, anjiiing!!" Umpatnya tak tanggung-tanggung.

Gadis cilik yang sudah akan meluncur bersamaan papan skate dengan kaki yang berada diatasnya itu pun membatalkan niat. "Uncle mengumpat!!!! Buat Vee daddy?" Tanyanya tak terima, ternyata dengan jelas Lily mendengar.

James mengerjab, tentu, ia sudah terbiasa berbicara kasar, bodohnya, ia lupa jika di depannya ada gadis yang menjadi putri sahabatnya, sialnya lagi, Lily terlalu peka.

"Ada apa, uncle?" Lily sudah saja berada di depan James, rautnya berubah, ada sedikit keseriusan. Jika James menangkap, Lily sedang tidak jadi memarahinya, malahan penasaran mati-matian.

Lily tak tahan dihiraukan. Mengambil cepat ponsel yang berada ditangan James, karena Lily tahu, jika James mengumpat setelah beberapa lama fokus dengan benda itu.

James merebut cepat ponselnya. "Lily, ayo kita pulang, Candra uncle sudah menunggu." ucapnya tegas, Lily melihat lagi sosok James yang tidak menyebalkan, melainkan sangat membuat penasaran.

Jika saja, Lily pintar menggunakan komputer seperti Leon; membobol situs rahasia, mengintip para penjahat dunia, dan lain sebagainya yang memang kerab sekali Leon lakukan dengan sembunyi-sembunyi agar tak diketahui oleh mommy. Pasti Lily akan banyak mengetahui berbagai hal. Lily tidak bisa menampik jika dirinya saat ini kawatir, melirik sebentar ponsel James, disana tertulis nama ayahnya, Vee Kanesh Bellamy, ia jadi penasaran dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

James tahu jika di dalam ponselnya adalah sesuatu yang sama sekali tidak boleh diketahui oleh Lily. Sudah cukup membuat Vee menjadi jelek di mata banyak orang yang kecewa kepadanya, terutama Lily juga. Sesuatu tidak beres begini harusnya tidak terjadi, tapi mereka hanya manusia yang bisa berencana, bukan Tuhan yang bisa mengendalikan segalanya.

James harus cepat bertindak. Setelah memblokir berita murahan itu terlebih dulu tentunya.

Tapi, lebih baik menghubungi seseorang akan menjadi opsi pertama.

***

Canada-London

"Aku di Kanada, Jam. Vee tidak mengatakan padamu?"

📞'Sialan, Vee goblok. Ada hal serius, bang. Kenapa di saat genting begini kau malah kesana? Karena Sarah?'

Yogi memejam erat mata sesaat. Justru bentuk dari kata sialan itu adalah James sendiri.

Kenapa pria kerdil itu menyalahkannya?

Kenapa pula menyeret nama wanita yang sedang lelap tertidur di sampingnya?

Jika saja James tahu, hari ini begitu dingin disini, jam yang menggantung di dinding pun masih menunjukkan waktu sembilan pagi. Dasar sinting. "Mau ku bunuh kau? Kenapa pula kau menelfonku, sinting?"

📞'Aku serius, bang. Vee mendapat masalah di Singapura'

Yogi yang mendengar nama dari sebuah Negara yang lebih tepatnya Singapura, tanpa aba-aba membangkitkan diri, hingga sebuah tangan yang melingkar di perut telanjangnya terlepas begitu saja. Sarah; wanitanya ikut terbangun. "Kenapa?" tanya si wanita.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang