44. Menebus Kesalahan

991 190 36
                                    


"Shane, I'm so sorry. I can't conceal my anxiety to know what you think about it."

"So, quickly tell me everything about you, Rose. Tidak ada sisa. Kau sampai menculikku, astagaaa. Kau serius!!!"

Rose meraub banyak sekali oksigen lalu menghembuskan karbondioksida dengan pelan-pelan. Jemari sedikit bergetar itu mengambil jus yang sudah disiapkan oleh pramugari private jet yang tengah keduanya tumpangi.

"No. Aku tidak akan bercerita panjang lebar. Sudah tahu 'kan sedari tadi aku diam. Aku hanya ingin minta maaf dan akan menunjukkan langsung di depanmu. Apa yang aku alami, dan semua kenyataan akan terungkap setelah kita mendarat di Singapura. Ini penebusan salahku untukmu, Shane. So, dengan waktu kurang dari dua jam ini, kita nikmati saja perjalanan. Sisakan tenaga untuk nanti. Anggap saja jet ini milikmu sendiri."

Shane terbengong. Mencerna kalimat begitu panjang jujur saja membuat ia menelan ludah dengan payah. Rose dengan membawa rahasia akhirnya akan mengungkap sisi yang yang selama ini ia jaga.

Pantaskah Shane menerima pengungkapan kelas utama itu?
Pantaskah Shane merasa perlu mengetahui sampai-sampai sahabatnya ini meminta maaf atas kemarahannya beberapa minggu yang lalu?

Sampai keduanya tak saling bicara karena masih enggan?
Lantas kenapa Rose menyembunyikan begitu lama jika akhirnya ia akan mengetahuinya dengan cuma-cuma?
Hari ini begitu mendadak pikirnya.

Rose tersenyum getir. Bohong jika dirinya tidak sakit, jujur dadanya begitu sesak. Kemungkinan Zara menjebak Vee memang menari di kepalanya. Namun, melihat berita yang begitu ramai lantas saja membuat Rose kelabakan. Jika hubungannya dengan Vee berlanjut, Rose sudah tahu resikonya.

Lalu bagaimana dengan Lily?

Resikonya begitu besar mengingat Lily masih dalam masa pertumbuhan. Media begitu kejam memangkas habis sampai sebegitunya. Rose ketakutan, otaknnya sangat penuh dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan.
Rose ragu bisa melanjutkan dengan Vee apa tidak.

1 jam yang lalu.

Rose yang berjalan keluar dari loby rumah sakit melihat Shane yang sedang ingin masuk dengan membawa berkas begitu banyak. Sepertinya ada meeting diluar berkaitan dengan pembangunan rumah sakit anakan yang akan didiran di desa kecil untuk rakyat kurang mampu hingga beban biaya obat akan Rose tanggung secara pribadi.

"Shane." Panggil Rose sembari langkahnya berlarian kecil.
Shane sedikit mendongak dan menatapnya dengan enggan. Jujur masih marah, namun sungkan lebih mendominasi. Pasalnya sahabat itu adalah tempat dimana tumpukan kesedihan dari seorang kawan. Nyatanya Shane tak begitu berarti untuk Rose. Jadi bersikap sewajarnya sebagai atasan dan bawahan saja.

"Iya." Jawab Shane. "Saya habis rapat."

Rose mencelos mendengar Shane berbicara dengan formal.

"Kak." Panggil Rose saat melihat Candra yang ternyata mengikutinya dari belakang. "Ambil berkas Shane, aku mau ngajak dia, jangan bilang siapa-siapa."

Dengan begitu, Shane yang benar-benar linglung ditarik paksa tangannya setelah berkas tumpukan kertas yang ia bawa sudah berada di tangan Candra.

"Ki...kita mau kemana?" Canggung, Shane teramat sangat canggung.

Sedangkan Rose tersenyum tipis. "Nanti kamu bakalan tahu."
Rose dan Shane sudah duduk di belakang kursi penumpang yang sudah disupiri oleh Pak Sam; sopir pribadi Rose yang sudah ia panggil dengan ponsel Rose yang satunya.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang