70. Terkejut

287 71 3
                                    


Langit sore begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya yang penuh kelabu dan mendung, semburat warna orange yang indah membuat Rose semangat untuk mendapatkan keberuntungan baik.

Rose begitu tegang, mengusap peluh di kening sebelum berkonsentrasi lagi untuk memasukkan bola ke hole yang ada di depannya.

Untuk pertama kalinya, Rose berhasil memasukkan bola semenjak beberapa hari menekuni bidang olahraga sederhana ini. Ia sangat senang meski enggan mengakui kepada Vee yang sejak pertama Rose tahu begitu sombong karena sudah jago.

Apakah Rose tidak bekerja?

Jawabannya, iya.

Itulah fakta yang sekarang ia jalani.

Biarkan kakaknya Candra yang mengurus segalanya, yang terpenting otak Rose masih masih bisa dipakai untuk mengawasi dari rumah, memberi masukkan jika Candra kesusahan, dan memberi solusi untuk masalah yang tidak bisa Candra atasi sendiri.

Bukan perkara pengecut, namun Rose butuh ketenangan.
Masih perkara keributan rumah tangga yang viral tanpa bisa menyusut dengan cepat. Rose enggan menampakkan diri di depan umum, apalagi diperhatikan banyak orang, jelas tidak mau. Makanya, disinilah keseharian Rose, olahraga untuk menghabiskan tenaga.

Bola menggelinding pelan, setelah Rose memukul dan berhasil masuk ke hole.

"Selamat nyonya, sudah berhasil masuk untuk pertama kalinya." Ujar caddy girl yang sedari awal membimbing Rose sampai tahap ini.

Rose merasakan kembang api di atas kepalanya karena terlalu bahagia. Melihat bolanya yang mulus meluncur, Rose sedikit menarik bibirnya, sangat sedikit dan samar.

"Kalau mau tersenyum, ya tersenyum saja, nggak usah ditahan-tahan."

Euugh.

Bibir Rose datar kembali. Selain Vee menyebalkan dan selalu sombong untuk urusan olahraga ini, Rose masih dongkol akibat ajakan nikah yang ia proposalkan semenjak awal tidak digubris atau sekedarnya dianggap serius oleh pria itu.

Sebenarnya Vee cinta tidak sih dengan dirinya? Kalau tidak pergi saja sana.

Rose menoleh.

Brengsek.

Kenapa Vee tampan sekali saat wajahnya ditempa semburat orange dari langit yang indah, shit, Rose ingin mengumpat, wajah yang diawal terlihat tampan bertambah berkali-kali lipat. Rose jadi ingin....

Tidak jadi.

"Aku tidak ingin tersenyum, aku biasa saja."

"Kamu berhasil melakukannya, selamat." Puji Vee tak menggubris raut kecut dari Rose.

Rose mendesis. Tentu saja bisa. Semenjak Vee sibuk dengan urusannya sendiri, bersama orang-orang yang tidak dikenal Rose, dan beberapa orang misterius yang datang dan hilang tanpa Rose tahu sehingga wanita itu leluasa belajar olahraga dengan giat, untuk mengalahkan Vee.

Rose menatap sekeliling, tadi ia melihat James dan Yogi dengan raut muram menghampiri Vee, dan sekarang dua pria itu sudah pergi bersama Fernandez dan Jeffry, Rose melihat empat pria berjalan menjauh, sekelebat dari punggungnya saja Rose bisa tahu.

"Papa dan Jeffry kenapa kesini?"

Rose berada di Resort Diamond, sejak pagi, usut punya usut, Yogi dan James menginap ditempat ini. Vee yang datang bersama Rose untuk bermain golf dihadang oleh James, mengatakan jika perlu dengan calon suaminya itu.

"Meeting, sebentar."

"Lalu, kak Yogi dan James?"

"Mereka 'kan bekerja untukku sayang."

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang