30. Situasi Menegangkan

1.9K 298 50
                                    


"Waw, Grandma," seru Lily.

Lantas gadis kecil itu berlari dengan senyum merekah bak sinar matahari yang dengan benderangnya menyinari Bumi. Kesenangan apa yang di dapati Lily hingga gadis itu terburu dalam langkahnya menuju Nyonya Dera yang duduk di kursi.

"Lily," sambut Dera.

Bersamaan dengan senyumnya; Ibu dari Vee Kanesh Bellamy itu sedikit membungkuk serta merentangkan tangan menunggu Lily yang akan datang, memeluk dalam dekapan saat gadis kecil itu sudah ada di hadapan.

Sedangkan Rose dan Vee termanung di ambang pintu, menyeleksi segala spekulasi yang sedang ditonton bak drama dengan berbagai rahasia di dalamnya. Jika dipikir seribu kalipun, mustahil untuk Lily bisa mengenal Dera, dimana dan bagaimana cara bertemu mereka menjadi pertanyaan besar untuk keduanya.

"Apa yang grandma lakukan di rumah Vee uncle?" tanya Lily tak tanggung-tangung.

Wajah keriput itu sontak mendongak ke arah pintu masuk, mata Dera memincing sejenak hingga akhirnya menjatuhkan pandangan ke arah Rose dan Vee bergantian. Sedangkan dua sosok yang di sorot mata sayu itu diam-diam menahan napas karena suasana yang mendadak mencekam.

Pikir Vee kenapa ibunya tiba-tiba muncul tanpa pemberitahuan, maksudnya, kenapa tiba-tiba begitu. Pria itu senang, jujur teramat senang sampai tak bisa berpikir apa-apa, hingga terlampau abstrak untuk menunjukkannya.

Sedang Rose sibuk bergelut dengan batinnya, mau menjawab apa seandainya ibu Vee bertanya, terlalu malu juga untuk mengaku. Dulu, dimata Dera, Rose adalah gadis baik sebagai kekasih anaknya, dosa dan kelakuan bejatnya sungguh tidak pantas untuk ditunjukkan di depan muka. Lihat sja, perangai Dera sangat berwibawa, Rose nyaris ingin berbalik badan saat pertama pintu terbuka menunjukkan wanita tua yang teramat dihormatinya.

"Ini rumah Vee uncle 'kan?" tanya Lily lagi karena tak mendapat jawaban; yang dilihat hanyalah tiga orang dewasa yang saling melempar pandang secara bergantian.

Dera memilih untuk menegakkan punggungnya dan berpindah mengelus surai hitam milik Lily, melebarkan senyum beserta helaan napas panjang. "Lalu apa yang Lily lakukan di rumah, Vee uncle?" memilih bertanya dibanding menjawab, Dera merasa butuh kepastian untuk menuntasakan rasa penasaran.

Lily meringis menunjukkan rentetan gigi putihnya, membalik badan untuk menatap ayah dan ibunya. "Kita pindah kesini, benar 'kan, mom?" tanyanya tertuju pada Rose.

Rose yang di tanya merasakan ada sengatan listrik mengalir di sekujur tubuhnya, telapak tangannya tanpa sadar meremat ujung hoodie yang membungkus tubuh Vee di bagian belakang, pria itu pun sontak merasakan tangan Rose yang gemetar.

"Mommy teman Vee uncle juga, grandma."

"Benarkah? Lalu, Daddy-nya Lily dimana?" tanya Dera lebih lanjut.

Lily memberutkan bibir mungilnya. "Daddy masih pulang ke Australia." ungkapnya.

Jika dipikir, terlalu banyak sandiwara yang sedang Rose jalankan, lelucon ini sungguh tidak lucu, wanita itu membilu saat Dera menghela napas berat. Tatapan hangat yang dulu sering ia dapat tak lagi terlihat.

"Asih," panggil Dera menyerah menunggu respon dari Rose pun Vee yang masih terpaku layaknya patung batu.

Sosok wanita dengan balutan sederhana keluar dari belakang, menampilkan senyuman diiringi lari kecilnya. "Iya bu," jawabnya.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang