"Uncle, ayo sini coba, nanti Lily ajarin, beneran nggak akan jatoh. Katanya uncle jago dalam segala hal!!!"James ingin mengumpat. Boleh tidak mengirim Lily ke planet luar angkasa agar dijadikan bahan percobaan Hades untuk penelitian gadis langka.
Bagaimana tidak.
James merutuk seharian penuh menghadapai putri dari temannya yang punya segudang keberanian menantang adrenaline. Bukan itu saja, otak bahkan diperas habis-habisan untuk meladeni ocehan kelewat berat yang praktis membuat James pening tujuh keliling.
"Lily, bagaimana kalau kita istirahat dulu. Bermain basket cukup melelahkan. Uncle sudah tua."
Lily memincing. "Diih," cibirnya, "Uncle masih sangat muda tau. Nggak usah bohong. Uncle takut 'kan." tuduhnya diakhir.
James meradang dengan muka merah matang. Untuk urusan bermain basket, pria lajang itu lulus seratus persen melawan Lily. Tapi, ayolah, skateboard bukanlah keahlianya James. Bahkan seujung kukunya saja tidak pernah menyentuh bahan tipis dengan roda menempel dibawahnya itu. Kurang kerjaan.
"Bagaimana kalau Lily ajak saja pria-pria itu." James menawari sembari mengarahkan telunjuknya kepada beberapa pria yang berdiri dengan earpiece terpasang lengkap, sekaligus kaca mata hitam membingkai mata mereka.
"Lily nggak mau. Serem. Kenapa sih mereka ngikutin kita uncle?"
Yang dikatakan Lily jujur. Penampakan mereka memang dingin, angkuh dengan dilengkapi postur tubuh yang gagah namun cenderung besar dan tinggi. Lily sampai merinding tiap kali melihat.
"Mereka bodyguard."
"Lily nggak bodoh ya uncle. Lily tahu itu bodyguard. Tapi kenapa ngikutin Lily tiap hari. Risih."
Untuk informasi ini memang Vee sendiri yang turun langsung untuk menugasi James dan beberapa bodyguard untuk mengawasi Lily beserta Rose juga. James jadi bingung bagaimana cara menjelaskannya. Tidak mungkin juga memberi informasi bahwa nyawa sedang terancam hingga menggunakan bodyguard sebagai jasa perlindungan, bisa jadi Lily tidak merasa aman melainkan ketakutan.
James juga sangat dongkol dengan Vee. Bagaimana bisa peretas handal seperti dirinya beralih peran menjadi bodyguard putrinya, namun juga masih diberi beban menggali informasi tambahan, otak James seakan bisa meledak kapan saja, mungkin bom waktu sudah bersarang dikepalanya.
"Ayo, ajari uncle." putus James, tidak mau menjawab rasa penasaran Lily.
James juga heran. Bodyguard yang ia bawa sudah beberapa hari bahkan melewati satu minggu mengawasi Lily. Kenapa gadis itu baru mempertanyakannya hari ini. Apa baru sadar. Tapi tidak juga. Bahkan barusan Lily mengatakan kalau risih diikuti setiap hari.
"Apa nyawa Lily terancam, uncle?"
James terkesiap. "Hah. Tidak. Ayo, katanya nantangin, uncle berani."
"Uncle. Lily bukan gadis piyik bodoh. Bisakah uncle kasih informasi ke Lily?"
Bom waktu yang baru saja meledak dikepala James menyadarkan pria itu bahwasana gadis yang berada di depannya sembari memakai helm perlindungan itu adalah gadis cerdik dengan otak encer. James jadi punya ide cemerlang.
"Robert Anderson." gumam James. Ia berharap Lily tidak mendengar, tapi juga berharap Lily mendengar.
Membingungkan.
Lily membinarkan matanya. "Uncel tampan kesukaan Lily." Serunya.
James tercenung. Oh God. Uncle tampan memang perumpamaan yang tidak bisa disangkal. Tapi respon Lily terlihat begitu keterlaluan, bahkan pria yang diberi gelar kesukaan oleh gadis itu adalah orang yang bisa membahayakan nyawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Roman d'amour"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...