73. Lily Marah

575 72 3
                                    


Hari minggu. Rose masih sangat ingat jika dia tinggal sendirian karena Leon dan Lily ikut dengan ayahnya.

Rose juga ingat di dalam rumah ini hanya ditemani mbak Asih dan satu penjaga rumah saja, pak Anton. Jika biasanya pagi begini tak pernah ada keributan sama sekali, berbeda dengan hari ini. Disaat Rose baru saja membuka mata, samar-samar terdengar beberapa orang bercengkrama di lantai bawah.

"Lily marah, Lily nggak mau tinggal bareng daddy. Lily mau sama mommy."

"Oh, Tuhan." Rose bangkit mendengar pekikan Lily yang sampai terdengar jelas ditelinganya.

Lantas, tak mau menunggu lama, dengan muka bare facenya atau mungkin masih terdapat kotoran mata juga, duh, Rose tidak perduli dengan penampilan awut-awutannya, wanita itu bergegas turun ke bawah.

Benar bukan, baru saja Rose mencapai ujung bawah tangga, wanita itu melihat Lily berlari ke lantai atas, melewati dirinya tanpa menyapa ataupun menoleh.

"Kenapa?" tanya Rose.

Vee yang terduduk mengenaskan di atas lantai lantas menggeleng, bingung menjelaskan.

"Mom, Lily marah sama daddy." Giliran Leon yang mengintruspi, bocah itu duduk di sofa, asik dengan makanan ringan berbahan dasar kentang, astaga, masih pagi, kenapa Leon memakan makanan itu.

"Marah kenapa? Apa yang dilakukan daddy. Seingat mommy, Lily tidak pernah marah sampai segitunya?"

Leon menggeleng, tidak mau memjawab dan kembali mengambil menikmati makanan dengan nikmat.

"Vee, apa yang kamu lakukan?" Rose bertanya setelah mengimbangi Vee, yaitu, ikut duduk di lantai bawah.

Leon menarik seulas senyuman, ternyata sangat menyenangkan melihat interaksi keluarga seperti ini. "Oke, Leon bujuk Lily deh, siapa tau dia mau dengerin Leon. Soalnya asal permasalahan dari Leon mom."

"Maksudnya apa? Ini beneran nggak ada yang mau bilang sama mommy? Ada apa? Kakak, katakan!! Mommy ingin tahu."

"Mommy tanya daddy, sementara Leon naik ke atas dulu. Oke, bye."

Ya Tuhan. Anak Rose tidak ada yang beres.

"Daddy, ada apa dengan kalian? Pagi-pagi begini?" Rose akhirnya bertanya kepada Vee, sedangkan pria itu menjawab dengan hembusan napas halusnya.

Baik. Lantai marmer di rumah ini begitu dingin. Rose dan Vee masih berdiam diri duduk bersila diatasnya. Ada apa dengan orang-orang kaya seperti mereka merelakan bokongnya kedinginan alih-alih berpindah duduk ke sofa? Jika dilihat dari jarak, untuk berdiri dan berpindah itu tak membutuhkan waktu lama.

"Daddy." Rose bersuara lagi, dengan suara super membujuk.
Akhirnya Vee mengangkat kepala, menatap Rose yang menunggu jawabannya. "Lily merajuk sejak dua hari yang lalu. Semenjak pulang dari resort."

Rose jadi ingat satu adegan saat mendengar kata Resort. Yaitu, malam memalukan saat Rose dan pria didepannya ini nekat telanjang untuk menghabiskan malam panjang meski dengan drama kegagalan. Duh, pipi Rose bersemu merah saat mengingatnya, meski gagal, tapi satu adegan tetap berulang di kepala.

Rose menggelengkan kepala, membuang jauh-jauh pikiran kotor mengenai persoalan ranjang.

Rose kembali fokus kepada Vee, ia pun lantas bertanya lagi. "Karena?"

"Dia ingin tahu rahasiaku bersama James dan Leon."

Rose mengerutkan kening, hei, Rose juga ingin tahu rahasia juga lho. "Apa aku tahu rahasia kamu?"

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang