80. Tidak Sama

297 54 4
                                    


Definisi bahagia itu apa sih?

Leon tidak tahu. Tapi yang paling jelas dalam ingatannya, ia tidak pernah merasa hidupnya berantakan seperti sekarang, jauh dari kata bahagia, tapi bukan berarti ia tidak mensyukurinya.

Haduh. Leon bocah piyik kok bisa berbicara sedramatis itu.

Jangan salah.

Meskipun masih kecil, Leon punya pemikiran lebih dewasa daripada yang lainnya. Bukankah sudah dijelaskan jika Leon hidupnya berantakan sejak awal.

Memiliki kecerdasan di atas rata-rata, mengetahui banyak hal dan melihat langsung bagaimana hancurnya sebuah keluarga, ya, keluarganya sendiri yang penuh drama.

Rasa-rasanya Leon sudah merasakahn semua kepahitan, namun tak lebih pahit dari sekarang.

Vee, ayahnya, harus masuk dalam penjara, dimana ini adalah bagian yang paling membuat Leon hancur, ia tidak mau makan, mogok makan sampai Rose ibunya kualahan, Lily adiknya mengomel sampai berbusa dan Dera neneknya terpaksa angkat tangan.

Keras kepala.

Bisa dikatakan kekeras kepalaan Leon itu menurun dari Vee, bagaimana sikap negative yang ada dalam diri Vee bisa ditemukan dalam bentuk Leon.

"Mom...." Leon malam-malam menyusul Rose, dalam mata sembab dan bibir menyabik. "Leon salah ya mom? Harusnya Leon lebih tahu kalau daddy nggak sepenuhnya salah. Kenapa Leon terlalu keras dengan daddy? Sekarang Leon rindu daddy."

Tangisannya terdengar lagi, Leon tidur semalaman dibalik dekapan ibunya, hampir setiap hari, karena terlalu merindukan Vee.

Ada rasa syukur dibalik kejadian itu, mungkin jika Vee saat ini masih ada bersama mereka, Leon pasti masih menjadi anak yang pembangkang.

Hari-hari berlalu tanpa kehadiran Vee memang berat untuk Rose dan kedua anaknya. Dulu sekali, saat Vee tidak berada disisi mereka rasanya biasa saja, namun saat semua masalah terselesaikan, kesalah pahaman sudah mencapai titik temu, kehilangan orang yang kita sayang pun menyayangi kita adalah hal paling menyakitkan di dunia.

Maka seperti usulan-usulan yang Leon dengar dari beberapa orang, salah satu pengalihan dari rasa sedih yang terus mengiris hati adalah dengan menyibukkan diri, dimana saat Leon selesai dengan Sekolah, bocah itu menyusul Yogi di perusahaan Vante, milik ayahnya, untuk mempelajari apa sih yang dinamakan bekerja.

Game adalah kegemaran Leon, dimana semua piranti elektronik itu bukanlah hal asing baginya, tahu sendiri Leon siapa, Deredolent, tentu saja.

"Le, kamu pelajari saja bagaimana cara kerja sistem keamanan perusahaan?"

Leon memutar bola matanya saat Yogi memerintah dari balik kursi putar. "Om, apa Leon tidak salah dengar, bertahun-tahun Leon membobol perusahaan daddy. Apa tidak ada yang lebih menantang lagi?"

Yogi menarik napasnya, benar bukan, semua yang ada dalam diri Vee bisa dengan mudah ditemukan dalam bentuk Leon, salah satunya sombong.

"Oke. Kalau begitu, buat satu game untuk om seleksi sebagai game baru diperusahaan, kamu mampu?"

Leon berpikir sedikit lama, iya lama, game bukanlah kelas yang bisa dengan mudah Leon kerjakan, alasannya, menjadi hackers belum tentu bisa membuat game, dua hal itu berbeda.

"Tidak bisa? Katanya minta yang lebih menantang?" Yogi menggoda keponakaknnya yang sudah bermuka merah, malu, pasti lah.

Boleh tidak Leon ganti paman saja, sarkasnya dan tantangan nya diluar batas wajar. Tapi Leon kan pintar, anak ajaib dengan kecerdasan diluar rata-rata, harusnya bisa, iya, Leon bisa.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang