"Adek, kamu dimana?" teriak Rose sesaat setelah mendapati ruang tengah dimana biasanya di jam ini Lily bersantai sambil menonton TV.
Rose telah mampu menata hatinya untuk memberanikan pulang ke rumah, mencoba untuk mengendalikan debaran-debaran menyakitkan setelah beberapa jam yang lalu bertemu kembali dengannya. Apa jadinya jika dirinya berantakan di depan buah hatinya sendiri, tidak membayangkan berbagai macam pertanyaan apa yang akan ditanyakan oleh Lily mengingat tingkat kepekaan putrinya itu sungguh luar biasa.
"Adek, kamu dimana sih?" teriak Rose lebih keras lagi.
Pintu terbuka dari lantai dua, itu dia anaknya, Lily berlari ke arah Rose dengan hati-hati, kaki mungilnya menuruni tangga, senyuman merekah itu mampu membuat Rose merasa sedikit lega, mungkin itulah obat paling manjur yang ada di dunia ini.
"Mana kue pesananku, mom?" tanyanya polos dan juga bingung, matanya mengarah mencari-cari disekitar jemari Rose, namun nihil, ibunya yang berstatus menjadi Dokter itu tidak membawa apapun kecuali tas slempang yang disampirkan pada tubuh rampingnya.
Rose menepuk jidatnya pelan. "Ya ampun dek, mommy lupa, bagaimana dong?"
Betapa bodohnya Rose, bukannya lupa, tapi wanita yang masih penuh dengan penyesalan itu memang tidak sengaja menjatuhkannya tadi, pikiran yang kalang kabut telah membuat gadis kecilnya kecewa.
Lily menggedikkan bahunya. "Ya sudah, apa boleh buat, tapi Lily lapar, mom," ucapnya tanpa protes.
Sungguh aneh, biasanya Lily akan cemberut dan marah-marah, tapi ini justru kebalikannya, bukankah Rose sedang beruntung kali ini-ya anggaplah begitu.
Rose tersenyum bersamaan itu mengusuk kepala Lily. "Baiklah, adek mau makan apa? Biar mommy masak buat kamu?" sebuah penawaran yang bagus bukan.
Lily sedikit berpikir, seolah-olah itu adalah pilihan yang sulit seperti mengatur strategi untuk memenangkan pertarungan.
"Nasi goreng seafood saja bagaimana, mom?" rasanya Lily sudah sangat kelaparan, tidak banyak protes dan berkata begitu tenang-lagi-lagi sangat aneh menurut Rose.
Lily menopang dagunya dengan kedua telapak tangan yang diletakkan di atas meja, kakinya juga bebas mengayun karena saat ini dirinya sedang duduk di kursi yang terbilang cukup tinggi, dari arah ini, Lily dapat melihat punggung ibunya yang sedang sibuk untuk membuatkannya makan malam.
Sedangkan Rose sediri masih sangat heran dengan sikap gadis yang setiap harinya cerewet mengalahkan burung beo itu menjadi diam dan tak banyak tingkah, biasanya Lily tidak akan lupa untuk merecoki dirinya dan ikut nimbrung menyiapkan bumbu dan semacamnya. Sekali lagi, mungkin Lily sedang kelaparan, itulah kesimpulan yang dapat diambil oleh Rose.
"Nah, sudah jadi. Adek cepat makan ya, mommy mau mandi dulu. oke," perintahnya setelah piring berisikan nasi goreng seafood yang sangat menggoda karena masih hangat-hangatnya, terbukti banyaknya kepulan asap menari-nari di atasnya telah sampai tepat di depan mata Lily.
Lily mengangguk dengan senyum tipisnya, Rose memiringkan kepala seraya berpikir, masih sama semenjak tadi, ada apa dengan putri tercintanya itu, Rose geram sendiri dalam hati, apa mungkin karena kue yang tidak jadi terbawa pulang.
"Adek marah ya?" tanya Rose yang sudah tidak tahan.
Lily meghentikan pergerakan tangannya yang sedang memegang sendok untuk menyuapkan suapan pertama, bersamaan itu kepalanya mendongak melihat kebingungan di wajah ibunya. "Marah kenapa, mom?" tidak menjawab, Lily jutru balik bertanya dengan lugunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CUDDLE
Romance"Waah, hadiah di pertemuan pertama dengan satu tamparan, bukankah ini keterlaluan," racau Vee. "Harusnya kau menciumku, atau bagaimana kalau kita di ranjang saja, bukankah kau ahli untuk urusan seperi itu, Nona Rose?" Rose tercekat bagai menelan dur...