72. Hampir Saja (18+)

924 87 7
                                    


🔞NOT CHILDREN AREA
Tapi agak Random

***

Normalnya, jika dihadapkan Rose yang begitu agresif, Vee harusnya senang-senang saja. Apalagi dalam keadaan masih cinta, sudah sewajarnya jika keduanya melakukan hal yang iya-iya. Mungkin, itu memang keinginan Rose, tapi tidak untuk Vee.

Kendati hal semacam itu sangat diminati, dan hasrat tak bisa berbohong berada diujung tertinggi, kendala terjadi saat Vee masih harus mengurusi urusan yang harus dirahasiakan untuk dirinya sendiri.

Dan sialnya.

Vee tidak bisa terus menahan lagi jika Rose terus memandanginya dengan wajah memelas, persis seperti kucing manja minta dinina bobokkan.

"Perasaan sebelum-sebelumnya kamu nolak, sekarang malah minta?" Vee bertanya begitu.

Keduanya di atas ranjang, di salah satu kamar Resort Diamond kepemilikan keluarga Bellamy. Bahkan, tepat di lantai atasnya, ada Lily dan Leon yang mungkin saja sudah terlelap dan berkelana di dalam mimpi.

Vee menepati janji, tidur dengan Rose. Ingat, tidur, tidak ada adegan plus plus.

"Jangan bandingin aku dengan yang kemaren-kemaren. Aku sekarang beda, kamu milikku, seperti sembilan tahun yang lalu. Ah. Aku jadi ingat, kita menghasilkan Lily dan Leon karena paksaanku yang terakhir kalinya 'kan."

Padahal. Vee sudah susah payah memberi sugesti kepada otak jika kesalahan itu berasal dari dirinya sendiri, bukan karena wanita di depannya ini.

Meskipun Vee juga menikmatinya, tapi, saat itu Vee terlalu ceroboh tidak memakai pengaman, jangan lupakan juga jika Rose malah bersuka rela, katanya tidak apa-apa.

Ever memang berbeda.

Jika menikah. Malam pertama rasanya tidak ada dikamus keduanya. Bahkan malam menghangatkan itu sudah terjadi sejak lama, Vee yang ingat saja masih berdebar-debar dijantungnya.

Bagaimana Rose bisa segamblang ini membuat Vee yakin jika wanita itu sudah benar-benar kembali menjadi wanitanya dulu, canggung tidak ada dalam benak.

"Itu salahku."

Rose menggeleng. "Heeem. Itu adalah anugerah."

Bagaimana bisa Leon dan Lily disebut sebuah kesalahan. Mereka adalah anugerah paling indah dalam hidup Rose.

"Anak-anak memang anugerah, kitanya saja yang bejat."

"Mau bejat lagi?" Rose menyengir, dia menubruk Vee dan bergelayut manja di dadanya, seperti koala.

"Mau buat kembar lagi? Kembar lima aku baru mau."

"Ih!!" Rose berdecak, jengkel sekali. "Aku serius. Kembar dua lagi nggak apa-apa, asal jangan lima, lubangku nggak begitu besar, takut sakit, lama nggak dipakai."

Astaga. Rose ini mulutnya kok begini.

"Iya, iya, tapi nanti kalau sudah menikah."

"Hum. Sekarang saja bagaimana?" Rose mengamati Vee yang terlihat terimintidasi. "Aku berat ya?" tanyanya lagi.

Karena diposisi saat ini, Rose berada dipangkuan Vee tanpa permisi dengan pria itu yang bersandar pada dashboard ranjang. "Aku emang lagi gendut, kerjaan makan karena nganggur."

"Segendut apapun, aku tetep cinta nona Ever."

"Idih, gombal, diajak nikah nggak mau kok bilang cinta."

"Kalau nggak cinta nggak mungkin adikku tegang. Turun, ayo tidur."

Rose menggeleng, "Nggak, aku mau cuddling bentar, kangen." tolaknya dengan tangan yang sudah melingkar di punggung Vee dan kepala bersandar di dada. "I love you daddy."

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang