82. Menikah Denganku

690 80 1
                                    


Lampu dinyalakan dalam keadaan terang benderang. Vee membawa Rose pergi saat itu juga, sesuai apa yang pria itu katakan, suite hotel vvip, Diamond hotel, dasar Vee, tidak takut ketahuan Dera apa bagaimana menggunakan salah satu hotel kepemilikan Bellamy. Entahlah, rindu yang pria itu tahan selama 7 bulan tidak bisa dibendung lagi.

"Daddy silahkan bawa mommy, hari ini daddy milik mommy, tapi besok daddy milik Lily." Desakan Lily putrinya begitu menggemaskan, padahal Vee niatnya ingin menghabiskan rindu bersama keluarga kecilnya, entah apa yang dipikirkan Lily sampai gadis kecil itu memberi petuah sedemikian rupa.

Leon:
Daddy, welcome to home. Sesuai janji Leon waktu itu, Leon akan jadi anak baik, daddy akan terkesan dengan apa yang Leon lakukan di perusahaan.

Vee juga ingat bagaimana jagoan kecilnya memberi pesan sesaat ia menginjakkan kaki di Indonesia. Sebelumnya Vee berada di Singapura, dalam perlindungan yang ketat dan rahasia, biar Vee saja yang memiliki kenangan menyedihkan itu.
Kembali kepada lampu yang terang benderang menyorot dari langit-langit kamar, Vee begitu intens menatap Rose yang ada di depannya. Tangannya bergerak lembut membelai wajah si wanita.

"Kamu milikku nona Ever."

"Ve-Vee..." Rose masih terkejut dengan kedatangan Vee, hanya memeluknya sebentar lalu ia dibawa ke tempat ini.
Vee melumat bibir Rose dan menyentakkan baju wanita itu hingga bunyi robeknya terdengar nyaring di ruangan yang sepi, hanya suara napas memburu dan desah hangat yang melingkupi keduanya.

"Aku sangat merindukanmu Rose."

Vee merasa dirinya sudah gila. Jika sebelum Vee harus mengasingkan diri di Siangapura, Rose lah yang menggebu ingin dihamili, tidak dengan sekarang. Vee merasa gairah yang terpendam begitu lama muncul di permukaan, tidak bisa ditahan lagi.

Dengan posesif tangannya menahan tangan Rose di dinding. Sementara mulut dan lidahnya bergerak sangat liar. Si wanita mendesah feminim dan itu membuat Vee semakin terpancing. Tangan Vee kemudian bergerak membelai dada yang masih begitu sintal dan Vee tak kuasa untuk mencium pucuk yang sudah menegang.

Blus Rose memang sudah berantakan di lantai, ulah Vee tentu saja dan pria itu tidak perduli saat Rose menggelinjang karena merasakan hasrat hebat akibat hisapan di dadanya. Tak sampai disitu saja, celana yang tadi rapi mengait di pinggang sudah lolos dari tempatnya.

"Rose, kamu basah dan siap untukku. Apa boleh?

Rose melotot. "Vee, apa itu sebuah pertanyaan saat kamu sudah membuatku lemas tanpa instruksi. Aku juga ingin menikmatimu."

Vee tentu saja tertawa, kekasihnya juga tidak sebar menikmati peraduan. Vee tahu ini salah, pun akibat hubungan diluar pernikahan pula Lily dan Leon hadir diantara keduanya. Tapi bagaimana jika nafsu sudah mengambil akal sehat, pun rindu sudah mendesak ingin diobati.

Rose sudah tidak berkata lagi saat Vee memulai, pandangan wanita itu sayu beserta tubuh basah dengan peluh yang keluar.
Tubuh Rose bersandar di dinding, Vee menggunakan pelukan yang sedikit renggang untuk menopangnya dengan tangan sebelah, sedang tangan satunya tak henti untuk membelai.

Merasa sesuatu tak bisa ditahan lagi, Vee beralih untuk mencium bagian inti dan membuat Rose menjerit kecil, lalu saat Vee kembali berdiri dan memposisikan diri di tengan kaki Rose, penyatuan tak dapat lagi di cegah, bahkan keduanya tak memerlukan ranjang menggoda dan besar di sana.

Vee mengeluh bersama Rose, bergerak berirama. Tangan Vee mengangkat kaki Tose dan diletakkan di pinggang. Ledakan demi ledakan membuat keduanya semakin intens dan intim.

"Nona Ever, sebut namaku." Bisik Vee ditelinga Rose.

"Ve-Vee...." Ucap Rose dengan napas yang memburu, tubuhnya merasakan bagaimana Vee masuk dan keluar.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang