39. Sedikit Ciuman

1K 202 70
                                    

Vee masih sangat sibuk dengan urusan kantor, namun tidak akan bisa mengabaikan keluarga kecilnya, ah, ralat, Rose belum bisa ia miliki seutuhnya sampai wanita itu benar-benar yakin bisa menerimanya menjadi suami sah. Membayangkan itu Vee menjadi sangat malu.

Vee kembali berkutat dengan berkas-berkas di dalam ruangan kantornya, ia terlihat sangat serius dengan setok tanda tangan yang menumpuk. Vee mengakui jika memang lebih sering meliburlan diri dari pekerjaan, hingga akhirnya inilah yang terjadi. Tanggungan yang menggunung dan memang harus ditanda tangani dengan cepat.

"Aku sibuk, Jam!!!!" Vee mengatakan itu setelah mengangkat telepon yang dialihkan dalam mode loud speaker, tangannya masih sibuk mengoreksi berkas sebelum dibubuhi tanda tangan.

📞"Cepat baca email dariku, kusiapkan penerbangan ke Singapura, nanti malam!!'

"Tidak usah bertele-tele, Jam, lama-lama kau seperti sekertarisku saja, katakan sekarang, aku tidak sempat membuka email."

📞'Terserah'

Vee menghela napas kasar sembari memejamkan mata sejenak, menghalau pening yang mendadak menyerbu kepalanya setelah sambungan telepon dimatikan sepihak oleh James. Jadi pria itu segera mengecek email karena ia yakin James tidak akan memberitahu hal yang tidak penting.

***

Rose menatap gambaran wajahnya di pantulan layar komputer yang baru saja ia matikan karena tugas merekap data obat pasien telah ia selesaiakan. Lalu beralih pandang pada jam yang menggantung di dinding; menunjukkan pukul dua belas siang lebih lima belas menit.

Rose sudah akan pulang karena memang sudah tidak ada kegiatan lagi di poli klinik sebelum ponsel di atas meja menyala dengan sebuah pesan yang jelas tertangkap di layar utama.

Vee:
Calon istri. Sebenarnya aku ingin menggodamu habis-habisan malam ini. Tapi apa daya, aku harus ke Singapura. Jadi, bisakah kamu nanti pulang cepat dan memberiku sedikit pelukan. Sedikit saja☹️

Bulu kudu Rose sedikit merinding namun, tak bisa dibohongi bibirnya menyunggingkan senyuman. Oh, tidak, Rose segera menepuk-nepuk pipinya yang mulai panas. Jika seperti ini, ia akan bertransformasi menjadi ABG yang kesemsem oleh cinta pertama. Rose tidak akan membiarkan. Tapi bagaimana lagi, dada Rose tak bisa membohongi, deguban begitu kencang.
Rose: Aku pulang sekarang.

Rose tersenyum sekali lagi setelah membalas pesan untuk Vee. Mau dikata bagaimana, ia sudah terlanjur menerima pria itu lagi. Selain masih mencintai. Lily lebih butuh untuk dituruti kebahagiaannya. Putrinya patut mendapatkan kasih sayang dari ayah kandungnya. Toh, kalau dipikir kembali, Rose menyadari bahwasana keadaan yang terjadi di masa lalu adalah akibat kesalahan dari kedua belah pihak. Rose akan sedikit mulai membuka pikirannya, mengecilkan ego juga. Bukan hanya dia yang tersakiti, nyatanya Vee merasakan hal yang sama, meskipun sumbu pendek otak pria itu yang membuat masalah dulunya menjadi besar dan rumit.

Vee:
Cie, pengen banget aku peluk ya. Aku pulang agak sore karena tanda tangan, numpuk banget, malam baru berangkat ke Singapura. Hati-hati sayang😘

"Cie, gundolmu," Astaga. Rose sempat menutup matanya sejenak melihat balasan kelewat percaya diri dari Vee. Rose memang sudah mau pulang sebelum pria itu menghubunginya asal tahu saja.

Rose:
Jadwalku hari ini sudah selesai dan memang sudah seharusnya aku pulang!!!

Rose mempertegas agar Vee tidak berkepala besar, enak saja, Rose masih sangat ingin menahan diri agar tidak terlalu kentara jika iya masih cinta. Tidak semudah itu. Meski ego sudah turun drastis, tak serta merta Rose jatuh begitu saja. Ia harus tarik ulur sampai yakin jika pria itu benar-benar serius.
Rose keluar ruangan dengan langkah ringan, tapi jujur perasaan tidak enak mengerubung mendadak. Ada apa dengan Vee yang tiba-tiba akan ke Singapura. Mungkin jika singkat yang ia pikirkan adalah mengenai pekerjaan. Tapi hati kecil, sangat kecil dalam diri Rose tidak rela ditinggalkan, namun logikanya menuntut Vee untuk berangkat saja.

CUDDLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang