Prolog

5.5K 288 22
                                    

Mentari berjalan dengan langkah lebar, memasuki rumah besar berlantai tiga yang begitu asri itu dengan tatapan tajam penuh kemarahan milik nya.

Sret!

Empat lembar kertas berkururan sedang itu di lempar dengan sekali hentakan, tepat di depan wajah Bintang yang menatap nya heran.

Sesaat, karna setelah nya Bintang mengerti bahwa kini hidup nya tengah di ujung tanduk.

"Delapan puluh delapan. Selama ini Mamah selalu bilang kalo nilai kamu harus di atas sembilan puluh kan!" Mentari berseru garang, menatap Bintang dengan tajam. Nilai Bintang harus selalu menjadi yang teratas.

"Tapi nilai aku tetep yang paling gede kok di kelas–" Bintang menjawab pelan. "Harus nya mamah gak perlu semarah ini."

"Nilai kamu turun mamah gak marah?"  Tanya Mentari keras, membuat Bulan–Sang anak sulung nampak menggeleng kecil, meraih kertas penuh dengan coretan matamatika yang berhamburan di lantai dengan sabar. Menelitinya sekilas.

"Udah lah mah, Aku rasa Nilai Bintang lumayan bagus kok. Materi ini emang rada susah, aku dapet KKM aja udah sukur." Bulan menengahi, Gadis yang usia nya terpaut tiga tahun di atas Bintang itu berujar pelan.

"Nilai MTK Langit juga gak terlalu bagus kok, jadi mamah gak perlu terlalu memforsir Bintang buat jadi yang nomer satu."

Bulan mengelus rambut Bintang lembut. "Bintang bakal tetep jadi Bintang, si cahaya kecil yang terus selalu terang."

"Sana ke kamar," Gadis itu berucap lembut pada sang adik.

"Mamah belum selesai bicara Bintang!" Mentari berseru saat Bintang menuruti apa yang di pinta Bulan untuk beranjak menuju kamar.

"Mah– Bintang juga pasti cape," Bulan menyela. "Dia butuh istirahat. Lagi pun nanti sore dia juga bakal berangkat buat pergi les kan? pulang malam. Sampai rumah mamah masih suruh dia belajar lagi. Trus kapan adik aku istirahat?"

"Bulan kamu–"

"Mah, Ce." Bintang berucap pelan. "Udah ya? Bintang ga papa, gak usah pake acara ribut-ribut segala."

Gadis itu menatap Mentari sendu. "Mamah bener, dulu mamah selalu bilang buat aku harus terus belajar. Tanpa mama mau tau apa cita-cita aku sebenernya."

"Sampe aku kadang mikir, Aku ini anak mamah, atau cuma peliharaan si?"

"Aku ini Bintang mah, Bukan Binatang."

~•~

Walcomeback to my story uhuhu

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang