Pagi ini Mentari bangun lebih awal, membantu Bintang menyiapkan keperluanya untuk berangkat sekolah.
Ia tersenyum lembut saat Bintang mulai menuruni anak tangga dengan perlahan, namun senyum itu perlahan harus luntur setelah mata nya meneliti sang anak lebih jelas.
Ah mengapa hati nya merasa tercubit saat Bintang tidak mengenakan rok abu-abu nya. Hanya ada kemeja yang menutupi celana pendek gadis itu.
Mata nya melirik kearah Angkasa yang juga menatap sang anak dengan tatapan heran.
"Bintang?"
"Iya pah?" Ia menyahut setelah sampai di dekat ruang makan, melempar senyum pada Mentari yang ada di sebelah nya.
"Kenapa belum siap-siap?"
"Hah?" Bintang menggaruk tengkuk nya bingung, merasa tak mengerti atas apa yang Angkasa katakan.
"ASTAGA BINTANG!"
Gadia itu menoleh pada Langit yang tiba-tiba berteriak, menutup mata lelaki itu dengan kedua tangan yang saling bertaut. "So seksi!"
"Hah?"
"Bintang rok kamu mana?" Mentari bertanya dengan nada rendah, yang jelas membuat sang anak melotot penuh terkejut.
Buru-buru menunduk menatap kebawah. "Ya Ampun! Aku lupa!"
Bintang berlari menaiki anak tangga, meninggalkan Angkasa, Mentari dan Langit yang mengganga. Apa? Lupa?
Bahkan gadis itu sudah mengenakan sepatu dan membawa tas, bersyukur kini Binatang masih ada di rumah, Bila gadis itu baru ingat saat sudah di sekolah bagaimana?
"Bintang makin hari makin aneh aja sikapnya." Langit mencicit, mendudukan tubuhnya di sebelah Angkasa yang menganguk setuju.
"Dia yakin gak mau periksa?"
~•~
Dor
Gadis itu mengusap dada nya kasar, memejamkan mata karna jantung tiba-tiba berdenyut nyeri.
Ia menghelanfas jengah, menatap kearah teman kelas nya satu persatu. Beralih pada tulisan "Walcome to Clas XI Alam 1 BINTANG." Yang jelas tertera di atas papan tulis.
"Apaan si?" Ia berujar ketus, "Kalian ngapain kaya gini?"
"Kita mau menyambut kedangan lo kembali By, yey! Selamat datang kembali ke sekolah. Uh kangen banget!"
"Iya bener!"
"Selamat datang kembali By."
Bintang menggeram kesal, menghempas bunga mawar yang beberapa teman kelas nya sodorkan.
"Ngapain kaya gini? Kaya gue sakit apa aja! Lagian gue bukan anak presiden. Berlebihan tau gak!"
Mereka saling lirik, merasa tersakiti atas apa yang Bintang katakan.
"Lo gak suka?" Lave bertanya pelan.
"NORAK!"
"Ya selera kita kan emang beda, Lo Dewa sedangkan kita cuma rakyat jelata." Salah seorang teman Bintang menyahut.
"Tapi setidanya hargai perjuangan kita dong, kita rela dateng subuh-subuh buat nyiapin ini semua."
"Trus lo malah marah."
Mereka menunduk merasa kecewa, Bintang sudah berbeda. Gadis itu sudah berubah. Tidak seperti Bintang nya mereka.
Bintang baik hati yang sering memberikan bahan contekan, gadis pendiam si anak emas kelas. Bintang yang sering kali mereka jadikan acuan untuk menentukan gaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...