"Dasi nya di pake yang bener ah." Mentari menarik dasi Bintang yang sebelum nya tergantung asal pada leher gadis itu dengan perlahan, menyampul nya dengan penuh kelembutan.
"Kamu beneran mau sekolah?"
Bintang menoleh saat Bulan kembali bertanya, yang bahkan untuk keberapa kian kali sejak pagi tadi. Kepalanya mengangguk singkat sebagai tanggapan.
"Yakin udah ga papa?"
"Ada Gue mbul, tenang aja." Sahut Langit, merangkul bahu Bintang lembut. Meski sedikit tak yakin mengingat semalam ia bahkan tak bisa berbuat apa-apa saat Bintang kesakitan.
"Iya Bintang kan anak hebat."
Senyum gadis itu mengembang, tanpa kata memeluk tubuh mentari yang terasa begitu nyaman untuk nya.
"Mamah juga Ibu hebat." Ujar nya lembut.
"Udah yuk berangkat, gue nanti jemput Senna dulu—"
"Hari ini Bintang biar di jemput Pluto." Angkasa berucap pelan, yang sontak membuat Langit dan Bintang berhenti dari pergerakan mereka memakai tas.
"Hah?" Gadis itu mencicit. "Kenapa?"
"Semalam Pluto kesini."
Mata Bintang membuat, Pluto datang kerumah nya? Namun mengapa ia tak tau?
"Dia Bilang kalian lagi Vidiocall waktu kamu tiba-tiba batuk, dia khawatir makanya langsung dateng. Sekedar mastiin kamu baik-baik aja." Angkasa berujar, menceritakan apa yang semalam Pluto katakan kepadanya.
"Trus papah jawab apa? Papah gak kasih tau kan—"
Lelaki itu menggeleng kecil. "Engga, Papah cuma Bilang kalo kamu keselek nyamuk makanya sampe batuk-batuk."
"Serius papah Bilang gitu? Trus dia percaya?" Tanya Bulan penasaran.
"Awalanya si engga, tapi ahirnya percaya-percaya aja. Trus papah Bilang, besok Bintang udah mulai sekolah. kalo Pluto mau, jemput aja—"
Tin!
Mereka serempak menoleh kearah luar, tepat pada sebuah Jeep putih yang sudah terparkir di halaman rumah.
"Itu dia kan?"
Bintang mengangguk semangat, tangan nya terulur menyalami Angkasa juga Mentari. Tak lupa mengecup pipi Bulan lembut. Hal yang biasa keduanya lakukan saat ingin berpergian.
"Bintang berangkat!"
"Hati-hati."
Ia mengangguk samar menanggapi ucapan Mentari, kaki nya berlari kecil menghampiri Mobil Pluto.
"Pagi pacar!" Bintang tersenyum lebar usai berhasil masuk kedalam mobil, duduk tenang di samping Pluto yang terdiam menatap nya.
Sungguh, Pluto terpesona akan wajah menggemaskan Bintang yang terpampang nyata di hadapan nya.
Poni tipis yang menutupi kening putih nya membuat wajah Bintang bertambah manis.
"Apa liat-liat? Terpesona kamu terpesona, memandang memandang wajah ku yang manis. Kan-kan?"
Tanpa sadar pluto mengangguk, "Iya, Lo– Cantik banget."
"Makasih." Jawab Bintang cepat. "Ayo jalan!"
"Lo beneran mau sekolah, apa di rumah aja?" Tanya Pluto.
"Gue udah sembuh!"
"Tapi gue yang bakal sakit kalo orang lain sampe Liat apa yang udah gue milikin."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
JugendliteraturRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...