59. Run

1.5K 125 34
                                    

Wanita itu membuka pintu kamar nya dengan perlahan, mengedarkan pandangan kearah rumah nya yang nampak begitu sepi.

Maklum karna hari ini untuk pertamakalinya selama beberapa waktu belakangan keluarga nya kembali terasa utuh.

Meski Bintang masih diam tak tersentuh, tapi setidanya mereka bersyukur karna gadis itu sudah kembali.

"Bu? Mau sarapan?"

Mentari menoleh kearah Tata yang bertanya, merapikan beberapa piring kotor yang habis di kenakan.

"Yang lain udah pada berangkat?"

Tata mengangguk karna memang Angkasa, Bulan dan Langit sudah kembali pada kegiatan nya masing-masing.

"Kalo Bintang masih tidur di kamar?"

Wanita itu nempak menatap Mentari sekilas, menggeleng pelan. "Udah bangun bu, dari tadi."

"Trus sekarang anak nya kemana?"

Mentari berjalan kearah tangga menuju Lantai dua, sekedar ingin memasikan sendiri keberadaan Bintang.

"Pergi ke–"

"Pergi?" Wanit itu menghentikan langkah nya, menatap kearah Tata dengan tatapan tak terbaca.

Tata nampak menimang sesat, merasa begitu ragu untu mengatakan nya. "Kayanya pergi joging deh Bu, soalnya pake sepatu sama celana olahraga–"

"Kenapa gak di larang? Bu Ta tau Bintang masih sakit." Mentari mencela dengan wajah penuh kesal.

Gadis itu baru kembali, tak bisa kah diam di rumah untuk sekedar memulihkan tubuh lemah nya?

Setidanya bisa bersama Mentari yang rela meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk untuk menemani sang anak di rumah.

Hingga membuat Mentari bertanya-tanya, Apa Bintang marah? Menginggat bahkan sejak gadis itu datang ia tak pernah mau berbicara pada nya.

Namun karna apa? Wanita itu tak merasa melakukan kesalahan.

~•~

Kaki nya terus di paksa berlari, menapaki aspal basah di area kompleks yang sepi. Tak perduli nafas nya yang sudah terengah-engah bahkan hapir habis.

Bintang menggeram kesal, melepas jaket parasut hijau stabilo nya dengan kasar, menyentak nya hingga menyentuh tanah.

Sial! Sial! Sial!

Gadis itu merunduk dengan lutut yang menjadi tumpuan, membiarkan keringat menyatu dengan air mata  yang terus merembas keluar.

Ternyata Benar apa yang di katakan Angkasa tempo lalu, bila kedua orang tuanya tengah menghadapi kasus perceraian.

Mentari menggungat Angkasa dengan tuduhan Kekeraaa dalam rumah tangga, yang mana Bintang menjadi korban nya.

Dan yang lebih menyakitkan lagi saat semalam diam-diam Bintang mendengar bila hal itu terjadi karna ketakutan Mentari akan Angkasa yang akan kembali menyakiti.

Itu pertanda bahwa Bintang lah penyebab perpisahan orang tua nya terjadi.

Lalu bagai mana dengan Bulan dan Langit nya? Sungguh Bintang tak rela bila harus melihat mereka terluka.

Yak! Bintang harus menghentikan itu semua, Bintang tak perduli bila ia harus memohon pada Mentari agar wanita itu mau membatalkan semua rencana yang begitu seakan menyiksa.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang