Beberapa hari sudah mereka lewati, hari-hari penuh kasih yang di jalani dengan bersuka hati. Karna benar-benar terasa mulus tanpa ada gangguan apapun.
Termasuk pembatalan perceraian Mentari dan Angkasa yang membuat Bintang cukup lega dan bahagia.
Gadis itu pun sudah mulai masuk ke sekolah pagi tadi, bertemu dengan teman-teman nya yang begitu ia rindukan.
Bintang tersenyum, menatap kearah meja makan yang sudah terisi berbagi macam hidangan. Karna kusus malam ini, Mentari ingin makan malam yang berbeda– wanita itu menyuruh anak-anak nya untuk mengundang orang lain yang sekiranya dekat dengan mereka.
Ia menatap kearah Senna yang tengah mengobrol dengan sang mamah, beralih pada Juni yang sibuk dengan sang papah.
Makan malam memang belum di mulai, mereka baru di hidangkan dengan hidangan pembuka yang cukup menggungah selera.
Di masak oleh koki terbaik pada salah satu restoran milik Mentari. Juga sebuah pepes yang sebelum nya sudah Bintang masak.
"Maaf saya telat—"
Mereka serempak menoleh kearah Altair yang berdiri, lelaki itu di sambut cukup hangat oleh Langit yang menyuruh nya duduk di sebelah Bintang yang tiba-tiba menarik kursi.
"Gak boleh." Ia berujar pelan, menimbulkan tanda tanya besar pada benak mereka yang ada di sana.
"Kenapa?"
"Aku gak ngundang dia." Bintang berucap, menatap Altair dengan mimik tak enak.
Karna sunggu, ia memang tak mengundang lelaki itu.
"Gue yang nyuruh Altair dateng, gue fikir lo lupa—"
"Malam." Mereka beralih pada seseorang lelaki yang tiba-tiba hadir, membuat mereka sontak menoleh kearah nya dengan pandangan asing.
"Plu?" Bintang bangkit, menarik Pluto yang masih berdiri kaku untuk duduk tepat di samping nya.
Ia terseyum lebar, menatap kearah keluarga nya dengan mata berbinar. "Kenalin ini Pluto, Pacar aku. Dia juga cucu opah Agis yang udah rawat aku kemarin."
Mereka saling lirik, mencoba mengerti situasi yang begitu canggung. Terlebih kini Altair masih saja berdiri.
"Oh ini By? Yang semalam kamu ceritain?" Mentari bertanya, yang jelas di jawab anggukan kepala penuh semangat milik Bintang.
"Ah ganteng nya, eh Alta sini duduk juga." Wanita itu menunjuk kursi kosong di samping Langit.
"Tante kira Bintang bakal bawa kamu, ternyata bawa orang lain." Ia tersenyum lembut. "Tapi ga papa, Asal Bintang seneng kita juga bakal seneng kok."
Bulan ikut mengangguk menanggapi, tangan nya terulur mengambil sebuah pepes ikan gurame yang dengan susah payah Bintang masak tadi.
Memberikanya pada Pluto. "Hari ini Bintang masak pepes sepesial buat Lo, katanya pepes ikan makanan kesukan lo ya?"
Yang di tanya mengangguk patah-patah begitu terasa sungkan akan keberadanya di sana.
"Ya ampun Plu, tenang aja kek. Keluarga gue gak gigit." Ia membuka daun pisang yang sedikit menggosong karna sempat di bakar.
"Cobain deh ini resep dari Nenek,"
Melihat Pluto yang meragu, membuat Angkasa ikut menyahut. "Ga papa Plu‐ Pluto, Kamu harus nya bersyukur Bintang mau masakin kusus buat kamu."
"Padahal nih ya?" Ia melirik kearah sang anak. "Dia tuh gak bisa masak. Orang nyuci beras aja pake sabun kok."
"Tapi semenjak pulang dari rumah nenek kamu, dia jadi jago."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...