Bintang menoleh saat Sang mamah benar-benar hilang tertutup pintu kamar, Mentari bilang wanita itu akan segera kembali usai berpamitan pada Angkasa.
Takut-takut Angkasa mencarinya karna tak tau bila ia akan tidur di kamar Bintang malam ini.
Tangan nya terulur, meraih telepone genggam yang berada terpat di atas nakas.
Mendial nomer yang sebelum nya sudah ia cantumkan.
Senyum nya terbit saat mendengar suara berat yang mengalun dari sebrang sana.
"Halo? Siapa?"
Ia tertawa kecil karna untuk pertama kalinya Bintang berkumunikasi dengan Pluto.
"Bintang ya? Tau gue, dari ketawa lo aja gue udah hafal."
Bintang membulatkan mata nya, Pluto? Hafal tawa nya? Tawa yang hanya berupa kekehan itu memang tedengar berbeda dari milik orang lain ya?
"Udah sampe?"
"Dapet nomer gue dari mana?"
"Hafal waktu chat lo pake hp Nek Siga."
Jawab nya pelan, karna Bintang memang menghafalkan nomer Pluto. Yang untung nya tak ia lupa. "Udah sampe?"Gadis itu dapat mendengar gumaman telepone dari Pluto. "Udah, baru aja. Ini baru mau mandi."
"Gue ganggu ya?"
"Engga, mau ngomong apa?"
"Makasih udah mau dateng tadi."
"Lo ngundang Altair juga?" Bukanya menjawab, Pluto malah bertanya.
Bintang menggeleng kecil, meski tau Pluto tak akan bisa melihatnya. "Engga itu Langit yang ajak, emang kutu kupret banget tuh orang."
"Padah tadi siang gue bilang nya ke lo. Lo gak cemburu kan?" Ia tertawa kecil, seakan meledek Pluto yang terdiam tanpa suara.
"Cemburu."
Tawa Bintang mereda, terlalu kaget akan ucapan Pluto yang terdengar begitu serius.
"Plu–"
"Salah kalo gue cemburu emang?"
"Bukanya gue udah bilang buat jangan suka sama gue!"
"Emang hati bisa di atur-atur?"
"PLUTO!"
Pluto tertawa dari sebrang sana. "Bercanda-bercanda, tapi kalo di bawa serius juga boleh kok."
Bintang diam, seolah bila gadis itu tengah merajuk.
"Ngomong-ngomong besok masuk?"
"Engga."
"Kenapa?"
"Soalanya ada lo, gue gak suka!"
Lagi Pluto tertawa, seakan bila bersama Bintang ia begitu merasa bahagia.
"By?"
"Hm?"
"Pepes nya enak, makasih ya?"
Bibir Bintang seketika menyunggingkan senyum cerah, karna Pluto menjadi orang pertama yang memuji masakanya selain keluarga.
"Iya lah, siapa dulu yang masak!"
Klek!
Mata nya melirik kearah pintu kamar yang yang kembali terbuka, memperlihatkan Mentari yang berdiri mematung di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Fiksi RemajaRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...