Pluto tersenyum kecil, menatap kearah Bintang yang berlari kesana kemari melihat hewan yang ada di dalam kandang.
"Pelan-pelan," Ia berujar, menggandeng lengan Bintang yang tak bisa diam.
"Di sini rame, nanti kalo lo ilang gue yang repot."
Bintang tertawa kecil menanggapi ucapan Pluto, Merasa tak masalah atas apa yang lelaki itu ucapkan.
Lagi pun Pluto benar, di sini sangat ramai. Ia bisa memaklumi karna hari ini adalah hari Sabtu.
"Plu foto di sana yuk!" Bintang menunjuk kearah kandang Gajah yang hewan nya nampak berkerumun.
"By–"
"Ayo sini! Mana Handpone lo?"
Pluto menghelanfas lelah, dengan enggan tetap memberikan telepon genggam nya pada seorang remaja yang lewat.
"Bisa tolong fotoin Mas?"
Bintang tersenyum amat lebar, merangkul pinggang Pluto dengan erat.
"Buncis!"
Klik!
"Makasih Mas," Pluto tersenyum sopan, meraih handpone genggam nya kembali. Mata nya menatap kearah Bintang yang tengah bersandar di dekat pembatas.
"Lo gak mau duduk dulu? Emang gak cape?"
Gadis itu menatap Pluto sekejap, melihat bagiamana susah nya lelaki itu membawa beberapa bungkus pelastik berisi makanan yang sebelum nya sudah mereka beli.
"Cape si."
"Yaudah duduk dulu." Pluto meraik Bintang dengan tangan kanan nya yang bebas, menyuruh gadis itu untuk menunggu sebentar sementara ia mencari penyewaan tikar.
"Sini." Lelaki itu menepuk alas tikar berbahan pandan yang sudah di rajut. Menyuruh Bintang untuk duduk di sebelah nya.
"Nih minum."
Bintang menerima sebotol air putih yang segel nya sudah di buka oleh Pluto, menegak nya hingga tersisa setengah.
"Makasih ya Plu?"
"Hari ini udah yang ke berapa kali lo ngomong makasih sama gue?" Lelaki itu bertanya, memberikan Bintang roti sobek yang sudah ia buka.
"Emang kenapa? Salah kalo orang bilang makasih? Dari pada gak tau terimakasih kan?"
"Iya si–" Pluto bergumam kecil.
"Lo seneng?""Lo ada lihat muka kesedihan di wajah cantik gue gak?"
Lelaki itu menggeleng kecil, menatap Bintang hangat. "Sebelum nya lo gak pernah ke kebun Bintang emang– Eh?"
Pluto tersentak saat Bintang tiba-tiba merebahkan kepala gadis itu di atas paha nya.
"Kepala gue sakit, pinjem benar ya?"
Tak berkata, Ia mengangguk saja. Tangan nya terulur untuk mengusap rambut Bintang lembut.
"Pernah ke Kebun Binatang Toronto, waktu ke Kanada dulu." Bintang menjawab pelan.
Tangan nya terangkat, menyentuh frame kacamata milik Pluto. Melepas nya perlahan. "Kadang, mata juga butuh istirahta Plu. Kasihan kalo di paksa melek terus, pasti pegel kan?"
Di tatap nya wajah Pluto dari bawah, membuat laki-laki itu sontak merunduk kearah nya. "Lo ganteng juga."
Tanpa sadar Bintang berucap, tersenyum lembut. Pluto memang cukup mempesona di Kencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Ficțiune adolescențiRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...