Mentari dan Angkasa berlari kencang saat tau jika Bintang di temukan tak sadarkan diri di ruang rawat nya. Mereka yang awalnya berniat beristirahat barang sejenak harus di urungkan dan memilih untuk kembali ke rumah sakit.
"Ya Harus nya gak kaya gitu! Percuma keluarga saya bayar biyaya rumah sakit mahal-mahal tapi keadaan Bintang kaya tadi gak ada yang tau!" Bulan berseru dengan nada murka, menunjuk Renata dan beberapa staf Rumah Sakit yang ada di sana.
"Kalo tadi saya telat datang gimana? Adik saya bisa kenapa-kenapa-"
"Mbul udah." Langit mencoba menenangkan sang kakak, menarik lengan Bulan yang di tepis dengan kasar oleh gadis itu.
"Lo juga Lang! Kalo lo mau pergi bisa tunggu gue balik dulu kan? Gak main ninggalin Bintang gitu aja!"
"Lo tau kondisi nya gimana!"
"Bulan." Mentari berjalan kearah sang anak, membawa nya masuk kedalam dekapan nya yang hangat. "Udah, Bintang juga pasti gak suka kamu marah-marah gini."
"Bintang Mah, Bintang kesakitan. Tapi gak ada yang tau!" Ia menggeleng dengan tegas.
Mata nya menatap Angkasa yang tengah melihat kearah Pintu ruang rawat Bintang.
Gadis itu memang tak di bawa ke UGD karna saat Bulan berseru memanggil pertolongan, Senja dan Citra datang.
Menangani Bintang dengan pertolongan pertama.
"Pah!"
Angkasa menoleh, menatap Bulan yang berada di dalam dekapan Mentari.
"Ayo bawa Bintang pindah. Kita bawa dia keluar negri. Kasih Bintang perawatan terbaik!"
"Aku gak mau kehilangan Bintang!"
"Bulan-"
Juni bergumam lirih, menegur Bulan yang nampak keterlaluan. Bagiaman pun juga, rumah sakit tempat Bintang di rawat ini adalah rumah sakit milik keluarga Kencana.
Dan merupakan Rumah sakit terbaik di Indonesia. Angkasa pun sudah memberikan dokter-donkter paling terbaik di sepesialis nya untuk Bintang.
Rasa-rasanya Bulan seakan tak mengerti jika harus bersyukur akan apa yang ia miliki kini.
"Mba?"
Mereka serempak menoleh saat Senja memanggil nama Mentari, "Bintang udah sadar."
~•~
Siga melangkah kecil di samping Agis yang berjalan pelan di koridor rumah sakit, mata nya melirik kearah Ria yang ikut membuntuti di belakang mereka dengan sekilas.
Malam tadi, Angkasa menghubungi mereka. Meminta keluarga Pluto untuk datang sekedar melihat keadaan Bintang atas keinginan gadis itu.
"By–"
Bintang yang awalnya duduk bersama Mentari menoleh, tersenyum lembut kearah Agis yang merentangkan tangan nya.
"Nek," Bintang dapat merasakan dekapan hangat Siga yang memeluk nya erat.
Dekapan yang terasa sama saat mereka pernah tinggal bersama.
"Kemana bisa begini sayang–" Siga menyentuh perban di kepal Bintang dengan lembut, takut-takut gadis itu akan merasa tersakiti.
Mata Bintang beralih kearah Ria yang berdiri tepat di sebalah Siga, melihat wanita yang membawa sebuket bunga Sweet pea itu di tangan kanan nya.
"Tante."
Tautan antara Siga dan Bintang terlepas, gadis itu meminta Ria untuk mendekat kearah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...