11. Swimming

1.9K 180 6
                                    

Pagi hari ini terasa amat cerah, berbading terbalik dengan semalam yang menunjukan seakan langit tengah Gundah.

Gadis itu tersenyum kecil, kaki jenjang yang sudah di lapisi sepatu kets putih bersih itu mulai melangkah menuruni anak tangga.

Tas hitam berlogo Bintang ia sampirkan di bahu kanan, dengan tangan kiri yang menggenggam erat kardigan abu-abu yang nanti akan ia kenakan.

Hati nya menghangat saat ingatan nya terlempar pada malam tadi, di mana Mentari seakan menyatakan proklamasi atas kemerdekaan Bintang.

Setelah ini ia tak perlu merasa takut lagi, setelah ini ia akan bebas mengejar mimpi.

"Pagi Mah." Bintang mencium sekilas pipi Mentari yang menatap nya terkejut.

Bukan hanya wanita itu, Angkasa, Bulan dan Tata yang ada di sana pun menoleh dengan mimik kaget.

"Kenapa si? Iya tau aku emang cantik." Bintang mendudukan tubuh nya di kursi meja makan.

Tangan nya meraih roti yang sebelum nya sudah di toast oleh Tata dengan isian telur dan sayur, memakanya nya dengan perlahan.

"Koko mana? Kok belum turun? Ih jangan bilang dia belum bangun, padahal hari ini aku ada piket kelas—"

"Loh!"

Bintang menoleh saat Langit tiba-tiba datang, lelaki itu hanya mengenakan kaus putih polos dengan bawahan celana pendendek selutut.

"Lo kok pake seragam si?" Tanya Langit bingung, karna hari ini merupakan hari Sabtu di mana sekolah di liburkan.

"Ya kan mau sekolah—"

"Ini hari Sabtu By." Potong Bulan hati-hati. Yang tentu membuat Bintang menghelanfas pelan. Ia lupa.

Gadis itu menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal, "Iya ya?" Senyum yang sejak pagi tadi terpatri luntur seketika.

"Yaudah deh, aku mau balik tidur aja." Ia bangun dari duduk nya, berniat kembali menuju kamar. Sebelum Mentari menahan lengan nya.

"Sarapan dulu ya? Semalam kamu juga gak makan." Wanita itu berucap pelan.

"Lagian nanti kita juga mau pergi, kamu emang gak mau ikut?"

Bintang kembali duduk, membalik piring kosong yang sebelum nya menghadap bawah. "Pergi ke mana?"

"Gak tau." Jawab Angkasa asal. "Soalnya hari ini, Bintang yang nentuin itu semua."

"Jadi kamu mau kemana?"

~•~

Bulan menghelanfas pelan, mata nya melirik kearah Langit yang sedang duduk memangku gitar di hadapan nya. Bernyayi bersama Bintang yang sejak tadi tak berheti berceloteh ria.

Bintang nya, terlihat kembali bersinar. Tak ada wajah murung dengan aura gelap yang selama ini melingkupi wajah cantik nya.

Kini yang ada hanya binar cerah, secerah cahaya mentari yang memberi gadis itu kebebasan.

"Ekspetasi aku dia bakal ngajak ke mana gitu? Destinasi wisata, ke pantai, puncak, atau paling gak Mall buat kita
family time." Bulan mengeluh pelan, yang jelas di tanggapi tawa singkat Langit.

"Bintang is the queen in this house. Dan kita sebagai hamba atau bahkan rakyat jelata cuma bisa nurut Bulan."

"Ya tapi gak piknik di taman belakang juga. Setidanya kebun raya gitu?"

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang