"PLUTO!"
Altair memanggil lelaki itu dengan kencang, membuat yang di panggil jelas langsung menoleh. Menatap sang kakak kelas dengan tatapan heran.
Setahu nya ia tak ada masalah dengan Altair, tak memiliki urusan dengan sahabat dari Langit itu juga.
"Iya?"
"Di mana Bintang?"
Kening nya makin mengerut dalam, mata nya melirik kearah Langit yang berdiri tepat di samping Altair. Menatap nya dengan tatapan tajam yang begitu menusuk.
"Gue gak tau–"
"Jangan ngeles lo! Di mana adik gue? Dia semalaman gak pulang kerumah!" Langit menyahut dingin.
"Ya trus? Lo kan abang nya kenapa malah tanya gue?" Sahut lelaki itu malas, Pluto membenarkan letak kacamata bulat nya.
"Lo pacar nya Bintang kan?" Altair berujar ketus, terselip rasa tak rela kala menyebutkan bila lelaki di hadapannya ini memang kekasih dari Bintang.
"Hah?" Pluto bergumam kecil.
Pacar apaan coba? Kita aja gak pernah tuker kabar. Ngobrol juga jarang.
"Engg–" Bila ia jawab tidak, nanti Bintang marah ya? Mata nya menatap kearah Altair. "Ya Iya– tapi dari kemarin kita gak tuker kabar."
Lebih tepat nya gak pernah.
"Tapi lo tau biasanya dia kemana? Atau tempat yang biasa dia kunjungi—"
Pluto menggeleng cepat. "Gak."
"Gue nanya serius!"
"Gue juga jawab nya serius." Sahut Pluto malas, yang malah membuat Altair menggeram kesal.
Di tarik nya kerah seragam Pluto dengan kasar, menatap lelaki itu tajam.
"Jangan main-main sama gue Plu.""Kalo lo mau hidup lo tenang."
Pluto tertawa hambar, berusaha melepas cekalannya dari tangan Langit. "Hidup gue gak pernah tenang, Main atau engga gue sama lo."
"Lagian gue juga gak tau Bintang kemana, dia kabur? Kalo iya coba tanya sama diri lo pada. Mungkin ada yang salah."
"Burung juga bakal terbang kalo kelamaan di kandang, Apalgi ini Burung Elang."
"Buas."
~•~
Fajar menatap Senja dalam, memberikan sebuah amplop putih berlogo rumah sakit tempat mereka bekerja.
"Ja?"
Ia mengusap bahu Senja yang tengah melamun, bisa Fajar tebak sang istri tengah memikirkan tentang hilang nya Bintang yang belum juga di temukan.
Karna Bukan hanya seorang keponakan, Bintang juga merupakan Pasien nya. Yang jelas kesehatan gadis itu menjadi tanggung Jawab Senja.
"Hasil pemeriksaan Bintang kemarin– bisa tolong kamu kasih Mba Tari?" Lelaki itu berujar pelan, membuat Senja mengerutkan kening Bingung.
"Kenapa gak kamu kasih sendiri aja?"
"Aku ada urusan."
"Yaudah kasih nya nanti aja, tunggu kamu gak sibuk. Lagian kamu juga harus jelasin hasil nya sama Mba Tari kan?"
"Ja-" Fajar berujar lirih, menjilat bibir nya yang terasa kering. "Aku takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...