Gadis itu nampak mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya lampu yang masuk menembus rentina. Di tatap nya dua orang yang belakangan ini hadir dan menemani hidup nya dengan tatapan hangat.
"Opah Agis? Nenek Siga?" Ia bergumam kecil, bangun dari tidur nya.
Mata nya melirik kearah jam di dekat pintu kamar, waktu menunjukan pukul 07.45 terlalu siang untuk Bintang yang hanya menumpang.
"Maaf, aku kesingan ya? Tadi abis salat subuh tidur lagi." Ia menggaruk alis nya pelan.
"Jadi gak bisa bantu-bantu–"
Siga menggeleng kecil, tersenyum amat lembut. "Engga kok, gak papa. Lagi nenek sama Opah Agis juga baru banget pulang dari pasar."
Wanita paruh payah itu meraih paparbag yang sebelum nya di pegang Agis, Memberiaknya pada Bintang yang terdiam.
"Ini apa Nek?"
"Buka dong–" Agis berujar lembut, berdiri di belakang Siga yang mengangguk kecil.
Bintang tak bisa menahan senyum nya saat sepasang piyama bercorak bintang ada di sana, belum lagi dua potong kaus anak perempuan yang di belikan Siga untuk nya. Di tambah satu dres sederhana berwarna putih yang ikut menghiasai.
"Bintang suka?"
Tak menjawab, gadis itu memeluk Siga erat. Menyalurkan kebahagian nya dari dekapan hangat yang ia berikan.
Bintang suka, Bintang bahagaia walau begitu sederhana, walau apa yang di berikan Siga tak semahal dan semewah barang-barang dari Mentari. Namun sungguh ia amat bersyukur.
"Suka, Bintang suka banget Nek. Makasih ya–" Ia bergumam kecil, ya setidanya ia memiliki salinan baju selain memakai kaos rada kebesaran milik pluto.
Siga tersenyum penuh haru, entah mengapa rasanya begitu nyaman berada di dekapan Bintang. Di usap nya rambut gadis itu penuh sayang.
"Sama-sama Cantik, cucu nenek."
"Dah sekarang mandi siap-siap, nanti mau di ajak pergi sama Pluto, biar kamu gak jenuh di rumah terus." Agis berujar, ikut mengusap rambut Bintang.
"Pluto?"
"Iya semalam dia udah minta izin buat ajak kamu jalan-jalan–"
"Emang boleh?" Cicit Bintang.
"Kenapa engga?"
Bintang nampak berfikir sejenak, ia hanya takut saat keluar akan ketahuan oleh orang-orang suruhan sang papah. Mengingat saat itu Pluto pernah berkata bahwa hilang nya Bintang bahkan hingga menghebohkan jagat Raya.
"Kamu gak usah takut, pluto pasti jagain kamu." Siga berujar menenangkan, tau apa yang ada di fikiran Bintang.
"Emm, okey deh Bintang mau."
Siga dan Agis saling lirik, tak lama tersenyum kecil. "Baju barunya di pake ya?"
~•~
Angkasa mengeram kesal, menatap lelaki berbaju hitam di hadapan nya dengan tatapan tajam. "Saya bayar kamu buat cari Bintang! Bukan buat menyeh-menyeh gak jelas gak ngehasilin apa-apa!"
Lelaki itu melempar beberapa foto dari hasil rekaman CCTV di halte Kamboja, foto yang menunjukan keberadaan Bintang di sana.
Namun itu semua terjadi sudah lewat dari beberapa hari yang lalu, dan jejak sang anak pun sudah menghilang.
"Berapa lama lagi saya harus nunggu? barapa lama lagi saya harus sabar di jauhin Mentari?"
"Seneng kamu saya galau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...