86. Puisi

1.2K 121 59
                                    

Kehilangan memang sesuatu yang paling membuat kita mengerti akan sebuah pertemuan. Pertemuan saat untuk yang pertama kali nya Ria melihat Pluto lahir kedunia.

Bayi lelaki mungil dengan rambut tipis kecoklatan yang terlihat begitu sempurna, namun mengapa ia bisa menyia-nyiakan itu semua?

Ia mendekap bingkai foto Pluto dengan erat, foto yang entah kapan di ambil karna gambar itu memang awalnya berada di rumah Agis.

"Sekarang mamah bener-bener sendiri." Ia bergumam kecil, "Kamu lebih milih buat ikut sama Venus."

"Cape ya? Kamu bilang kalo kamu cape."

"Harus nya istirahat sayang, bukan malah pergi dan menghilang."

Ria berbaring di kasur Pluto, karna awalnya wanita itu memang tengah berada di dalam kamar sang anak.

Kamar bernuansa monokrom yang tak pernah sekalipun ia kunjungi. Mata nya mengedar kesembarang arah.

Menyentuh beberapa barang di sekitar nya. Hingga kening nya mengerut dalam saat Ria menemukan sebuah buku diary hitam yang berada di dekat bantal.

"Cahaya Untuk Bintang." Wanita itu bergumam kecil membaca nya, sebuah puisi yang berada di lembar pertama.

Dia Bintang.
Wanita paling terang
Di saat orang lain pergi
Dia datang, menjadi sebuah penenang.

Bintang sayang,
Jika mana kamu jatuh cinta
Aku mau lelaki itu tak sempurna
Karna kamu pun hanya cucu hawa.

Cinta bagi ku itu luar biasa,
Karna ku yakin Tuhan punya rasa.
Menciptakan hati dengan banyak rusuk agar terjaga.

Terimakasih semesta.
Aku, merasa bahagia.

Air mata Ria menetes membaca nya, puisi Pluto begitu Indah. Apa sang anak benar-benar Mencintai Bintang?

Lalu, mengapa mereka begitu tega berencana memisahkan Bintang dan Pluto yang bahkan tak tau apa-apa selian ingin merasa bahagia?

Nama nya Bintang,
Ribuan kata penuh cinta pun tak cukup
Untuk menggambarkan betapa indah ciptaan Tuhan ini.

Ria tersenyum kecil membaca nya, tangan nya perlahan membalik ke lembar berikut.

Hari ini hari senin, mereka– para kakak kelas yang sering kali merundungku kembali berulah. Padahal aku tak pernah mengganggu mereka.

Hingga ahirnya ku katakan bila aku bisa mendapatkan cinta nya Bintang– Gadis paling terkenal di kencana.

Meski sejujrnya aku pun meragu.

Tapi hari itu. Dia menerima ku.

Bintang– mengiyakan aku jadi pacarnya.

Wanita itu terkekeh hambar saat tau jika Pluto ternyata memiliki kisah yang menyedihkan di sekolah.

Lembar berikut nya hanya ada beberapa tulisan pendek yang terasa menyenangkan.

Kisah-kisah Pluto menghabiskan waktu bersama Bintang ke kebun Binatang, makan ketoprak, pergi berjalan-jalan turtulis dengan rapih di sana.

Hingga tulisan berpena merah menarik perhatian Ria.

Aku tau, Bintang tak pernah benar-benar jatuh Cinta. Apa yang ia lakukan kepadaku semata-mata hanya untuk menghindar dari Alta. Cinta pertama nya.

Tapi sungguh Bintang, demi Tuhan. Walau kamu hanya menjadikan aku sebuh pelampiasan. Aku akan tetap sayang.

Kamu itu cahaya dari gelap nya hidup.
Kamu itu pemanis dari pahit nya rasa.
Kamu itu warna dari putih nya noda.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang