"Bintang!"
Gadis itu menoleh saat seorang lelaki memanggil nya lantang, lelaki yang sama dengan yang kemarin menyatakan cinta nya di kantin sekolah.
"Kenapa?"
"Emm, Gue Pluto dari sebelas Sosial dua. mau bilang makasih sama lo buat yang kemarin. Berkat lo– gue gak jadi di gebukin Agit."
Bintang mengangguk sekali sebagai tanggapan. "Dapet apa?"
"Hah?" Pluto nampak tak mengerti.
"Taruhan, Lo nembak gue atas dasar taruhan kan? Dan lo menang. Trus dapet apa?"
Lelaki itu tak pernah mengira Bintang akan bertanya demikian, ia fikir adik dari Langit itu tak tau apa-apa.
Pluto menggaruk tengkuk nya bingung, melirik kearah ducati hitam yang berdiri dengan cantik di parkiran sekolah.
"Oh itu?" Bintang mengangguk, ikut menatap kearah pandangan Pluto dengan seksama.
"Lumayan tuh harga nya, sekitar setengah miliyar kan? Ducati Panigale. Waktu itu Koko beli segitu." Ia tersenyum lembut, menepuk pundak Puluto pelan.
"Selamat menikmati hadiah nya Plu,"
Pluto menggeleng kecil, ia menatap kearah Ducati yang baru sampai pagi tadi. Motor hasil uang patungan para kakak kelas yang sudah menantang nya menembak Bintang.
"Motor itu bakal gue jual– uang nya mau gue sumbangin ke panti asuhan. Gue ngerasa kalo itu bukan hak gue."
"Trus Lo fikir itu hak mereka?" Bintang tertawa hambar. "Lo mau kasih anak Panti makan duit haram?"
"By—"
"Udah ga papa, gue gak masalah." Bintang berujar, mengusap bahu Pluto lembut. "Lo juga pasti cape naik kendaraan umum terus."
"Lo sering perhatiin gue?"
"Gue mah emang perhatian."
Pluto tertawa kecil, menatap wajah Bintang yang melihat nya penuhl hangat.
Tanpa mereka tau diam-diam kedua nya menjadi bahan tontonan.
Tuh kan mereka beneran jadian.
Fix kita harus seperti tuh planet ilang.
"Lagian kenapa lo gak kaya remaja normal aja si? kenapa gak pake kendaraan pribadi?"
"Buat apa? Gue lebih suka naik Bus. Kerasa lebih hidup."
"Emang nya selama ini lo ngerasa mati?" Bintang bertanya penuh canda, yang entah mengapa malah membuat Pluto terdiam sesaat.
"Lo tau kenapa nama gue Pluto?"
Bintang menggeleng sebagai tanggapan, ia memang tak tau.
"Karna gue hilang, gue gak terlihat, gue gak kasat mata. Gue gak bercahaya kaya lo Bintang, Gue– kesepian."
Tanpa Pluto duga, Bintang merangkul nya dengan erat. Menatap kacamata bulat yang lelaki itu kenakan dengan tatapan teduh.
"Yaudah mulai sekarang lo deket-deket gue aja, biar gue bisa memancarkan cahaya paripurna gue buat lo."
"Dengan begitu, lo gak bakal kegelapan lagi Plu."
~•~
Tunggu! Hari ini Bintang merasa ada yang aneh pada lingkungan nya. Mata nya mengedar menatap kearah teman kelas nya satu persatu.
Kening nya mengerut dalam saat beberapa siswa lelaki di kelas itu nampak mengenakan kacamata, padahal Bintang tau tak ada yang salah dengan pengelihatan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...