53. Hilang

1.4K 123 39
                                    

"FAJAR!"

Yang di panggil menoleh, menatap Mentari yang berlari kearah nya dengan tatapan penuh tanya.

"Iya Mba?"

"Liat Bintang?"

Fajar nampak mengerutkan kening bingung, menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. "Bukannya mau ketemu Mba Tari ya? Tadi si dia bilang mau mampir ke Ruangan Bulan. Aku kira dia—"

"Dia pergi, abis berantem sama Angkasa." Mentari mencela, mengusap wajah nya kasar.

"Dan bodoh nya aku tadi diem aja. Bukanya malah ngejar dia!"

"Aku fikir di butuh cuma waktu, tapi saat nomer nya gak aktif aku takut dia bener-bener pergi."

"Pergi?"

Mentari mengangguk kecil, "Angkasa ngusir dia–"

"Di usir?" Fajar berujar tak bercaya.

Apa-apaan Angkasa. Bukanya itu keterlaluan? Hanya karna Bintang yang tak sengaja melukai Bulan, Lelaki itu harus mengambil tindakan sejauh ini.

Bila mereka sudah tak mau mengurus sang Bungsu, Fajar dan Senja rela berbagi waktu untuk menjaga dan menyayangi Bintang.

Gadis itu butuh kasih sayang yang lebih besar, terlebih kini Fajar menduga penyakit Bintang bukan hanya–

"Fajar?"

Panggilan Mentari mengalihkan Atensi nya, ia menatap kakak dari sang istri dengan tatapan sendu.

Apa ia harus memberi tahu mentari mengenai diagnosa penyakit Bintang?
Namun fajar pun masih meragu, mengingat Hasil TC scan dan rekap medis nya baru akan keluar esok atau bahkan lusa.

"Kita ke Ruangan Senja dulu aja Mba, mungkin Bintang di sana!"

Mentari mengangguk setuju, berjalan lebih dulu di ikuti Fajar di belakang nya.

"Hasil nya gimana Jar?" Wanita itu bertanya usai kedua nya mulai masuk kedalam lift.

"Hasil nya belum keluar."

"Diagnosa kamu?"

Fajar menggeleng kecil, seakan enggan menjawab. Ia hanya takut bila dugaan nya salah.

"Belum tau."

~•~

Langit menurunkan handpone nya dengan lesu, ia menatap Bulan yang melihat nya dengan tatapan penuh harap.

"Gimana?"

Lelaki itu menggeleng, berjalan mendekat kearah sang kakak. "Belum ketemu, Mamah bilang di tempat nya Tante Senja sama Om Fajar juga gak ada."

"Di rumah? Mungkin dia pulang." Bulan menyahut, yang sial nya di jawab gelengan kepala milik Langit.

"Kata Bu Ta, Bintang gak ada di rumah."

Gadis itu mengumpat kecil, melirik kearah jendela yang sudah menampakan gelap nya malam hari.

Bulan tentu khawatir, Bintang tak boleh melakukan hal-hal aneh seperti sekarang ini. Adik nya itu masih dalam masa pemulihan pasca oprasi.

Jangan sampai apa yang sudah Bintang jalani menimbulkan komplikasi, tidak. Bulan tak akan rela hal itu terjadi.

Kaki nya terulur, menapakan pijakan pada lantai rumah sakit, tak perduli dingin nya lantai menembus sandal tipis nya hingga terasa menggingil.

"Bulan kamu mau kemana?" Angkasa yang sejak tadi duduk diam di atas sofa beranjak, menahan lengan Bulan yang ingin pergi.

"Lepas!" Suara dingin Bulan mengalun, memancarkan aura penuh kekecewaan.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang