Bintang berjalan menuruni anak tangga dengan perlahan, gadis yang masih mengenakan piyama biru tua itu melangkah ke arah ruang makan.
"Udah bangun? Tidur nya nyenyak?" Mentari menyapa, mencium puncak kepala nya sekilas sebelum kembali kedapur membantu Tata yang tengah menyusun makana.
"Semalam hujan gede banget." Langit berujar, mencomot selembar roti tawar. "Lo ga papa kan By?"
Bintang mengangguk menanggapi, "Semalam tidur sama Cece."
"Iya, mamah udah ke atas. Pas buka pintu kamu udah di kelonin sama Bulan." Mentari menyahut, menatap sang anak pertama dengan penuh sayang.
"Makasih ya Ce, adik nya udah di jaga."
"Apa si." Bulan tertawa kecil. "Pake segala makasih-makasih. Bintang itu kan adik aku yang paling unyu. Masa gak di jaga si. Ya gak By?"
Bintang berdeham pelan, "Iya, makasih buat semalam." Ucap nya tulus.
Bulan hadir saat hujan mulai turun, di susul gemuruh yang saling bersautan. Hingga jantung nya berdebar tak karuan.
Ingin beranjak dari kasur pun rasa nya sudah tak kuat, tubuh nya benar-benar lemas dengan kaki dan tangan bergetar hebat.
Sesat setelah nya Bulan datang, membawa kehangatan dengan kata-kata dan sentuhan. Merengkuh tubuh nya dengan amat erat.
Membuat bintang nyaman, hingga tertidur kembali di pelukan Bulan.
"Hari ini kamu ikut kan?" Angkasa yang sejak tadi diam kini bertanya mata nya menatap sang Bungsu yang nampak mengerutkan kening Bingung.
"Kemana?"
"Loh kamu belum tau? Hari ini kita kan mau family time ke Mall. Semalam di bahas—"Bulan menjeda ucapan nya.
"Ah tadi malam kamu tidur duluan."Ahir-ahir ini Bintang memang sering tidur lebih awal, entah karna apa. Berbanding terbalik dengan Bintang yang dulu selalu tidur larut.
"Ikut aja By, gue sama Bulan ikut kok. Nanti kita main di timezone." Langit meyakinkan Bintang yang terlihat ragu.
"Kita semua ikut, cuma kamu aja yang engga. Lagipun nanti Pak Sur sama Bu Ta juga bakal pergi. Mamah gak tenang kalo kamu sendiri." Mentari berucap pelan, duduk di samping Bintang yang menatap nya dalam.
"Yaudah."
Ah ahirnya, susah sekali memang membujuk Bintang untuk kekuar dari zona nyaman nya di rumah.
~•~
Dan kini gadis itu menyesal, Bintang nampak menatap kearah Bulan dan Mentari yang berjalan jauh di depan nya. Ia tak suka ke tempat pembelanjaan. Belanja, membeli sesuatu, menunggu.
Lebih baik tadi ia ikut dengan Angkasa dan Langit yang akan pergi ke toko Musik.
Setidanya itu lebih baik ketimbang kini ia seperti anak linglung yang menunggu kedua wanita di depan nya berbelanja.
Bintang tak suka di sini, ia ingin pulang. Tapi ia tak mungkin terang-terangan berkata seperti itu pada mereka.
Tatapan nya mengedar kearah Mall besar yang sekarang ia kunjung, tempat yang sudah tak asing lagi karna sejak dulu keluarga nya memang akan membeli sesuatu di sini.
Beralih menghadap depan, kening nya mengerut dalam saat Mentari dan Bulan menghilang. Kemana pergi nya mereka? Mengapa Bintang di tinggal?
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Novela JuvenilRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...