Senja dan Citra saling lirik merasa tak mengerti atas ucapan Mentari yang sejak tadi tengah membicarakan tentang permintan Bintang untuk segera pulang.
"Matahari, kamu taukan gimana kedaan Bintang sekarang? Dia harus di rawat intensif–"
"Ja tapi kamu tau giaman keras kepala nya dia. Lagi pun aku rasa ngijinin Bintang untuk pulang sebentar gak bakal masalah kan?"
Senja menghelanafas pelan, menatap kearah Citra yang mengangguk tertahan.
"Okey– tapi sebelum dia pulang, kita lakuin pemeriksaan menyeluruh termasuk syaraf nya ya?" Adik dari Mentari itu berucap pelan, menatap kearah sang kakak dalam.
"Aku gak mau ngerasa gagal untuk yang kedua kali nya Mba."
Mentari mengangguk mengerti, mengusap surai hitam Senja lembut. "Mba percaya sama kamu, Sama Fajar, sama Dokter Citra."
"Kalian pasti bisa buat Bintang sembuh."
Senja menganguk kecil menanggapi.
Walau sejujurnya kami sendiri yang gak yakin akan hal itu.
~•~
"Tapi kamu beneran yakin kalo dia udah baik-baik aja?" Angkasa bertanya pelan, saat ia dan Mentari tengah berjalan menuju ruang rawat Bintang bersama Senja.
Karna memang Ketiga nya sudah mendapatkan hasil pemeriksaan Bintang yang kemarin sudah Gadis itu lakukan.
"Iya, Hasil nya cukup bagus kok–"
"Cukup?" Lelaki itu mencicit kecil. "Berarti gak terlalu bagus dong? Kalo gitu mending Bintang tetep di rawat aja."
"Asa." Mentari mencela, wanita itu menggeleng kecil. "Ini udah kemauan Bintang, dan harus nya kamu ngerti perasaan nya."
"Bintang cuma mau pulang, dia pasti kangen sama rumah nya–"
"Okey!" Angkasa mengangguk pelan.
"Tapi aku gak mau ya Bintang sampe kenapa-kenapa?""Bintang pasti bakal baik-baik aja kalo kita bisa jaga dia."
Senja menghelanfas jengah, harus nya tadi ia tidak berjalan bersama mereka. Bila begini ahir nya.
"Duh Mba, Mas, gak cape apa debat mulu? Emang nya lagi pemilu. Udah cepet jalan Bintang pasti udah nunggu." Senja bergegas pergi, meninggalkan Angkasa dan Mentari yang saling tatap tak mengerti.
"Ja! Tunggu—"
"Bintang?" Ketiga nya berhenti melangkah, menatap Bintang yang sudah berdiri di tengah koridor yang sepi.
"Kamu ngapain?" Mentari yang pertama menghampiri, menatap Bintang dengan tatapan hangat milik nya.
Tersenyum simpul saat mata nya melihat Bintang yang sudah berganti pakaian, "Di pakein baju sama siapa?" Tanya nya lembut.
"Sendiri." Jawab Bintan pelan.
Yang sontak membuat Angkasa dan Senja ikut tersenyum karena nya, sebab beberapa hari belakangan gadis itu memang sedikit kesulitan memakai pakaian.
Dan lagi-lagi Lupa yang menjadi alasan nya.
"Pinter banget ih Keponakan tante," Senja mengusap rambut Bintang lembut, "Udah mau mau pulang nih ya? Seneng gak?"
Yang di tanya mengangguk penuh semangat, "Senang tante Ja!"
"Yey, harus manfaatin waktu nya di rumah, kesekolah, jangan cape-cape ya inget? Obat nya juga di minum‐"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...