29. Cahaya Yang Meredup

1.5K 140 7
                                    

Hari ini Bintang merasa bahwa ia mengalami dejavu, istilah untuk kejadian yang ia alami sama persis seperti satu bulan yang lalu.

Ia berdiri, di tengah padatnya murid Kencana yang tengah melaksanakan upacara. Mata nya menyipit saat pet topi hanya bisa menutupi separuh wajah.

Terlekeh kecil mendengar runtukan kekesalan yang di ucap Lave, setelah nya bertengkar dengan Manda dan berahir di bungkam oleh Kena.

Dan Bintang, bagian tertawa saja.

"PENGUMUMAN-PENGUMUMAN!"

"SELAMAT PAGI WARNA KENCANA, MAS DAN MBA YANG GANTENG DAN CANTIK!" Bintang mendongak, menatap kearah Dedi yang tengah berbicara di depan.

"ADA KABAR MEMBANGGAKAN DARI SISWI YANG MINGGU INI BERPRESTASI."

"DIA MEMANGKAN LOMBA BIOLOGI TINGKAT NASIONAL YANG DI SELANGGARAKAN OLEH KEMENDIKBUD. ATAS NAMA—"

Bintang lagi gak si?

Pasti lah siapa lagi juara nya Kencana.

"YASMINE PUTRI, DARI SEPULUH ALAM SATU HARAP MAJU KEDEPAN."

lah bukan si Bintang.

Dia kayanya udah jadi bego deh.

Bener katanya, kemarin aja MTK cuma depet lima puluh.

Samar-samar mereka berbisik. Membicarakan Bintang yang ahir-ahir ini menjadi sedikit berbeda.

Tak ada lagi nilai tinggi yang menjadi kebanggan para guru, karna kini– Bintang pun merasa kesulitan mencerna Materi.

Gadis yang dulu menjadi Bintang, kini mulai jatuh tak beraturan. Menjadi hancur berkeping hingga berantakan.

Bintang yang dulu bercahaya, kini mulai meredup. Hal yang paling di takuti oleh anak terahir dari Angkasa itu—

Ia tak bisa lagi, memenuhi ekspetasi mereka. Karna mungkin sebentar lagi. Cahaya nya akan benar-benar hilang.

"By?"

Bintang terlonjak kaget, ia menatap kearah Kena yang melihat nya dengan tatapan penuh khwatir.

"You okey?"

Yang di tanya mengangguk kecil.

"Ayo kekelas."

"Eh?" Tatapan gadis itu mengedar, melihat kearah lapangan upacara yang mulai sepi.

Ia beralih pada Lave dan Manda yang berdiri di pinggir lapangan, tempat yang sedikit rindang.

"Upacara nya udah selesai, ayo! Lave sama Manda udah nunggu di sana."

Kena menggandeng tangan Bintang yang masih nampak lingkung, namun tetap berjalan mengikuti kemana teman nya itu menarik nya pergi.

"Udah gak usah di pikirin, mau lo jadi Bintang di langit atau jadi Bintang laut. Kita semua tetep temen lo!" Lave berucap saat Bintang sudah ada di hadapan nya.

"Asal gak ada rahasia-rahasiaan di antara kita."

~•~

Senna tertawa kecil, melihat Langit yang sejak tadi tak berhenti mengoceh akan kekesalan lelaki itu pada sang Kakak.

"Trus gimana?"

"Ya gitu, Bintang jadi gak suka gara-gara muka kucing nya aneh!" Jawab Langit, ia mendengus kecil.

"Lagi kan udah gue bilang, mending yang putih aja. Kucing oren tuh emang rada ngeselin muka nya." Lagi Senna tertawa. "Kucing gue baik-baik aja tuh."

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang