92. Intubasi

1.9K 130 50
                                    

Nafas nya tercekat saat gadis itu membuka mata, ia melirik kearah Senja yang sudah berada tepat di samping nya.

"Udah siap?"

Mata Bintang berkedip dua kali, menandakan jika ia sudah siap untuk melepaskan selang ventilator yang semula menjejal mulut nya.

Meski rasa takut begitu melingkupi perasaan nya, namun Bintang sudah tak tahan lagi, karna sedikit saja bergerak tenggorokan nya pasti terasa amat nyeri.

Tangan nya terurur, menatap kearah keluarga nya yang berdiri tak jauh dari sana.

Mah, pegang tangan aku.

Ia bersitatap bersama Mentari, seakan mereka tengah bertelepati.

Wanita itu melangkah kecil, berdiri tepat di depan Senja. "Aku gak ganggu kan?" Tanya nya, yang sontak di jawab gelengan kepala oleh sang adik.

Tangan Bintang mulai menggenggam lengan Mentari saat Citra mulai melepas pelester yang menempel di sekitar bibir nya guna menjaga selang ventilator itu tak bergeser.

"Mba tutup mata," Senja berbisik di dekat Mentari, sebelum tangan nya mulai mengeluarkan selang kecil itu dari dalam mulut Bintang.

Mata yang awalnya terpejam seketika terbuka saat remasan di tangan nya kian menguat, ia menatap wajah Bintang yang beransur memerah karna menahan rasa sakit.

Gadis itu bahkan merasa ingin muntah saat Citra memasukan sebuah vakum kecil intuk menyedot lendir dari paru-paru yang menempel di tenggorokan.

Uhuk!

Bintang terbatuk dengan berat, hingga dada nya tersentak saat ia tak bisa merasakan nafas nya masuk kedalam paru-paru.

Rasa nya seperti terhampit sebuah batu besar hingga membuatnya kesulitan bernafas.

"Bintang, denger tante Ja!"

Nafas Bintang kian sesak, bahkan saat Senja sudah memakaikan nya masker oksigen yang berembun karna nafas tak beraturan gadis itu.

Layar monitor yang beberapa kabel nya tersambung pada tubuh Bintang pun Ikut bersahutan, membuat ruang rawat nya kian berisik.

Setitik air mata nya jatuh karna terlalu sakit, Bintang tak sadar justru meremas tangan Mentari hingga berbekas.

"Bintang denger tante Ja, ayo lawan rasa sakit nya!"

Kesadaran gadis itu mulai hilang timbul, mata nya meliraik kearah Mentari yang sudah terisak dengan wajah menuh lelah.

Bintang gak kuat tante Ja.

Sakit–

Dada nya tersentak saat Citra mulai menyentuh kulit nya dengan defibrillator, yang sebelum nya sudah di persiapkan.

Tautan tangan nya dengan Mentari kian mengendur hingga terlepas saat Bintang sudah benar-benar tak bisa merasakan apa-apa.

"Mba tunggu di luar!" Senja mendorong tubuh Mentari, menghalau sang kakak untuk melihat Bintang lebih tersiksa.

"Tapi–"

"Tari ayo keluar!" Angkasa menarik tangan Mentari dengan cepat, mengajak sang istri untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Re naikin Lagi!" Senja berseru, yang jelas langsung di lakukan dengan baik oleh Renata. "Biar aku aja!" Tangan nya mengambil alih paddle defibrillator dari tangan Citra.

Menyentuhkan Benda itu tepat di atas Dada Bintang yang tersentak ke atas.

"Bintang bangun!"

Mata nya melirik kearah Bintang yang masih terpejam, beralih pada monitor dengan gerafik yang menunjukan penurunan.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang