69. White cat

1.2K 120 36
                                    

Tubuh nya terhempas, jatuh berbaring dengan posisi memeluk kucing putih yang ia selamatkan tadi dengan erat.

Bintang meringis nyeri saat tubuh nya seakan terasa remuk, untung mobil sedan yang sebelum nya hampir menabrak gadis itu bisa di rem secara paksa. meski tabrakan itu tak bisa juga di hindari, setidanya Bintang masih bersyukur tak mengalami yang lebih parah.

"Bintang Yaallah."

Ia menoleh kearah Mentari yang berjalan kearah nya, dengan wajah penuh air mata wanita itu bergegas membantu nya duduk.

Bersama beberapa orang yang tak Bintang kenali, berkerumun menanyakan keadaan nya.

"Aduh Maaf Dek! Saya bener-bener gak sengaja."

Bintang dan Mentari menoleh pada Seorang laki-laki yang seperti nya si pengedara yang sudah menabrak Bintang.

Mereka tersenyum kikuk. "Ga papa Pak, anak saya kok yang salah." Mantari menyahut, sebab Bintang memang salah. Gadis itu tak mengerti makna dari lampu lalu lintas.

"Tapi saya juga salah, bawa mobil nya ngebut– Atau saya bayar biyaya rumah sakit nya ya? Itu adik nya luka-luka."

"Gak perlu." Mentari berucap, mengusap darah yang keluar dari beberapa luka yang ada pada Bintang.

"Kita ke RS ya Nak?" Tanya Mentari lembut, yang jelas di jawab gelengan kepal milik gadis itu.

"Ga mau, Bintang ga papa mah."

"By–"

"Bintang!"

Kedua nya menoleh kearah Bulan yang nafas nya terlihat putus-putus, karna gadis itu memang berlari dari koridor kelas nya di lantai tingga hingga ke jalan saat seorang teman nya mengabari bila Bintang– sang adik kecelakaan.

"Gimana? Mana yang sakit? Bilang sama Cece! Siapa yang nabrak? Bilang!" Gadis itu berseru dengan mata berkilat marah, Bulan tak terima. Bila perlu ia akan mengajukan kasus ini hingga ke meja hijau.

"Saya Mba." Lelaki yang kisaran berumur seperti Angkasa itu berucap.

"Saya mau tanggung jawab Kok—"

"Tanggung jawab Apa? Bapak bisa buat adik saya balik lagi kaya semua? Itu lecet nya bisa ilang dalam sekali jentik–"

"Bulan udah ah." Bintang menarik ujung kemeja yang sang Kakak kenakan. Ia menggeleng kecil.

"Aku ga papa."

"Ga papa gimana—"

"Bulan," Mentari mencela. "Kali ini  Bintang yang salah."

~•~

Gadis berponi tipis itu meringis keras, mata nya menatap Bulan yang tengah mengobati nya dengan tatapan tajam.

Setelah lama berdebat, ahirnya gadis itu mau di obati. Meski dengan syarat kucing yang ia bantu tadi pun harus ikut mendapat perawatan.

"Kucing nya ga kenapa-kenapa kan?" Ia bertanya pada seorang dokter hewan yang mereka kunjungi.

"Nanya-nanya terus, kamu juga Luka!" Sahut Bulan sengit, ia memberikan sedikit Alkohol pada kening Bintang yang sebelum nya sudah di bersihakan.

"Pelan-pelan Bulan!" Mentari berujar saat mata nya melihat Bintang yang nampak kesakitan.

"Ya abis nya dia ngeselin banget, udah tau dia juga berdarah. Masih aja mikirin orang lain– ah engga tapi hewan lain." Bulan berseru, menempelkan pelester penutup luka pada kening Bintang.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang