82. Help

1.2K 105 45
                                    

Usai melakukan perdebatan yang cukup panjang ahirnya Bintang di perbolehkan untuk keluar bersama Altair. Dengan beberapa syarat yang harus mereka patuhi.

Di antaranya, Bisa menjaga Bintang, bertanggung jawab akan keselamatan gadis itu. Berjanji selalu membuat Bintang senang dan bahagia. Juga pesan-pesan mendalam yang di ucapkan Angkasa dengan begitu panjang.

"Mau kemana?"

"Kemana aja asal sama lo." Jawab Bintang, memeluk tubuh Altair dengan erat. Seakan menunjukan bila ia masih benar-benar mencintai lelaki itu.

"Lo udah makan? Mau beli sarapan dulu gak?"

Yang di tanya menggeleng kecil. "Gue kangen makan kue cubit langganan kita deh. Kesana yuk?"

Kepala Altair yang berbalut helm hitam mengangguk dengan cepat, membelokan motor Trail nya untuk segera sampai kekedai kue cubit.

"Kesukaan lo masih sama ternyata, gak ada yang berubah."

"Ada yang berubah." Bintang mencicit kecil. "Rasa sayang gue sama lo."

Lelaki itu tertawa mendengar Bintang berujar. "Berkurang atau malah bertambah nih?"

"Hilang." Jawab Bintang cepat, membuat Altair sontak terdiam sesaat.

Bukan harus nya ia memang sadar diri bila Bintang sudah bahagia bersama Pluto? Namun apa ia salah jika ingin berjuang kembali?

"By– Lo masih marah?"

"Kayanya kalo gue masih marah gak mungkin di sini deh? Duduk di belakang lo. Mau meluk pinggang lo gini."

"Tapi Alta, setiap orang pasti punya rasa kecewa."

~•~

Kue cubit setengah matang dengan bubur kacang hijau yang Alta makan terasa lebih nikmat saat di selingi menatap wajah Bintang.

Altair tersenyum lembut saat gadis itu amat lahap memakan-makananya yang sebelum nya sudah ia beli.

"Lo udah masuk sekolah lagi kan?"

Lelaki itu mengangguk sebagai tanggapan, karna masa skors nya memang sudah habis.

"Belajar yang rajin, lo kan udah kelas dua belas. Kalo gak lulus gimana?"

"Ga papa, biar bisa sama lo terus." Jawab Altair, yang memabut Bintang memukul nya pelan.

"Sembarangan. Omongan itu doa tau." Ia berseru. "Emang cita-cita lo mau jadi apa?"

"Jadi suami lo."

"Gue serius Alta, gue gak mau ya punya calon suami yang pengangguran."

Senyum Altair mengembang seketika, ia menatap Bintang dengan mata berbinar. "Ahirnya di akuin juga jadi calon suami." Ia mengusap wajah nya merasa bersyukur.

"Jadinya mau jadi apa?"

"TNI."

Bintang mengerutkan kening bingung, "Kenapa? Dari sekian banyak profesi kenapa mau jadi itu?"

"Biar nikah nya nanti bisa pake pedang pora. Biar kisah kita nanti jadi kaya Descendants of the Sun."

"Tapi gue gak mau jadi dokter." Sahut Bintang, seakan menentang apa yang di katakan Altair.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang