Hari ini terasa amat melelahkan, setalah semalaman ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia meremas rambut nya dengan kasar bersandar di dinding yang ada tepat di sebelah nya.
"By, lo ga papa?"
Bintang mengangguk atas pertanyan Manda, semalam ia tidur cukup larut. Setelah berfikir lama apa yang akan ia berikan pada Angkasa dan Mentari.
Dasi kupu-kupu dan sapu tangan yang ia buat sendiri, memang ia tak suka berbelanja- maka dari itu Bintang fikir bila membuat nya pasti mereka akan suka.
Menjahit hingga tangan nya pegal, menyulam hingga jemari nya terasa keram. Tapi ia puas dengan hasil jeri payah nya dan semoga Angkasa dan Mentari juga.
Kening nya mengerut dalam saat kepala nya terasa di timpah beton besar, memukul nya tanpa ampun hingga buat Bintang tercekat.
"By?"
"Gue gak papa." Ia melirih kecil.
"Serius? Gue khawatir banget nih- muka lo udah pucet."
"Bintang?"
"Diem Man."
"By ke UKS aja deh mending."
"Bintang—"
Brak!
"LO NGERTI BAHASA MANUSIA GAK SI? KALO GUE BILANG DIEM YA DIEM! SUARA LO GANGGU!" Bintang berteriak nyaring, membuat teman kelas nya yang lain sontak menatap ke arah Mereka.
"Bintang lo apaan si?" Lave manarik Bintang, meminta gadis itu untuk kembali duduk.
"Lo bentak gue By?" Manda bertanya dengan lirih. "Lo bentak gue?"
"Man-" Bintang menghelanafas kasar.
"Sorry- MAN! MANDA!" Ia berteriak saat Manda pergi meninggalkan kelas begitu saja."Sial!" Ia berdecak kesal, ikut berlari mengejar teman sebangku nya itu.
"Bintang!"
Bintang menoleh, menatap Kena juga Lave penuh tanya. Terlebih lengan nya di genggam oleh salah satu dari mereka.
"Lo mimisan." Kena melepas cekala tangan nya pada Bintang. Melirik kearah Lave.
"Lave lo bantu Bintang, biar gue yang kejar Manda."
"Tapi-" Suara Bintang tercekat saat Kena sudah berlari mengejar Manda yang bahkan sudah hilang jejak nya.
"Ayo!" Ia menoleh kearah Lave yang berucap membawa nya menuju UKS.
"Darah lo harus di bersihin."
~•~
Angakasa tersenyum, membuka kota kecil berwarna hitam legam dari sang anak. Kotak yang pagi tadi Bintang berikan pada nya dengan senyum merekah.
Dasi kupu-kupu.
Bintang memberikan nya barang itu. Terlihat amat sederhana dari apa yang di berikan Bulan dan Langit pada nya.
Jahitan nya juga tak serapi dasi lain yang ia punya, beberapa bagian nya bahkan terlihat tak simetris.
Tapi- Angkasa suka.
Tangan nya meraih note kecil yang tersimpan di bawah dasi kupu-kupu hitam Bintang.
Happy Anniversary pah, makasih udah mau jadi papah nya Bintang. Makasih udah mau jadi papah yang baik buat Cece dan Koko juga. Makasih udah selalu nurut sama Mamah. Semoga papah selalu sehat, biar aku aja yang ngerasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...