Bintang tersentum lembut, menatap wajah gadis itu yang berada tepat di depan cermin. Lucu. Ia menaruh gunting yang sejak tadi di genggam ke atas meja.
"Gimana reaksi mereka ya?" Ia bergumam kecil, bangun dari duduk nya. Berjalan pelan keluar dari dalam kamar.
Kaki nya dengan perlahan menuruni anak tangga satu persatu, hingga berhenti di ujung paling bawah.
Ia melempar senyum lebar pada Langit yang kebetulan melihat nya—
"ASTAGHFIRULLAH!" Sang kakak berucap keras, menatap kearah tangga tepat pada keberadaan Bintang
"Bintang? Ya Allah kenapa jadi begini?"
Ia menoleh saat Bulan ikut menyahut, melirik kearah Mentari yang menatap nya penuh rasa terkejut.
"Aku lucu gak?" Tanya nya pelan, berjalan mendekat kearah mereka yang masih menganga.
"By? Kenapa rambut nya begini?" Mentari yang pertamakali bertanya, menatap kearah Bintang dengan mimik khawatir.
"Kenapa, lucu kan?"
Tangan wanita itu terulur, menyentuh rambut Bintang yang sudah di potong lebih pendek dengan tak beraturan.
"Siapa yang potong?"
"Sendiri." Bintang tersenyum lebar, karna pagi tadi setelah ia bangun. Gadis itu bergegas meraih gunting untuk memotong rambut nya.
"Aku mau punya rambut pendek Mah, biar kaya Dora!"
"Tapi gak motong sendiri juga sayang, kan bisa minta tolong Mamah. Atau bisa kesalon." Angkaaa menyahut lembut.
"Emamg kenapa? Gak bagus ya?" Cicit Bintang pelan, memegang rambut nya yang berantakan.
"Bagus kok, nanti di rapihin aja." Bulan berujar, meraih lengan Bintang dengan pelan. Meminta sang adik untuk segera duduk di sebelah nya.
"Mah Bintang mau sekolah, bisa Tolong bantu siap-siap nanti?" Gadis itu mencicit kecil, menatap takut-takut kearah Mentari.
"Sekolah nya besok aja ya? Kalo hari ini nanti Kamu terlambat. Langit udah rapih gitu kamu belum ngapa-ngapain." Mentari berucap lembut.
"Nanti ikut Mamah sama Cece aja buat rapihin rambut kamu, okey?"
Bintang mengangguk patah-patah, mulai memakan roti bakar nya.
"Tapi By, Apa gak sebaik nya kamu Homeschooling aja."
"Aku mau sekolah." Jawab Bintang cepet.
"Tapi HomeSchooling juga kan sekolah, biar papah sama mamah gak perlu terlalu khawatir juga–"
Brak!
Bintang memukul meja makan dengan kencang, menatap kearah Angkasa sengit. "Aku masuk sekolah kamu ngerti gak si? Sekolah! S.E.K.O.L.A.H!"
"AKU MAU PUNYA TEMEN! KAMU FIKIR AKU APA? GAK NORMAL? IYA?"
"KANAPA SI GAK ADA YANG BISA NGERTI!"
"By tenang." Mentari berujar dengan begitu sabar, mengusap bahu Bintang yang bergetar menahan emosi dengan lembut.
"Mungkin maksud papah baik–"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Ficção AdolescenteRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...