2. Bintang Jatuh

2.4K 198 20
                                    

Tangan nya dengan lincah mendribble bola, berlari kesana kemari dengan begitu lihai. Berahir memasukan bola kedalam ring dengan sempurna.

Bintang menghembuskan nafasnya yang tak beraturan, berjalan kepinggir lapangan saat suara pluit tanda kemenangan sudah di berhentikan.

"Gila lo keren banget si!" Senna berseru, menepuk bahu Bintang beberapa kali.

"Kalo gue lengser, kayanya lo yang bakal jadi kapten!"

Mendengar itu membuat Bintang menoleh sekilas, tertawa kecil. "Gue gak minat."

Mata nya menatap kearah Adel yang duduk di samping nya. "Adel aja tuh. Jago dia main nya."

Senna nampak mengangguk-anggukan kepala. "Iya, kalian emang jago-jago."

Bintang meraih tas yang jarak nya tak terlalu jauh, mengeluarkan coklat juga handpone genggam milik nya dari sana.

"Nih," Bintang memberikan kantong pelastik yang berisi coklat-coklat yang tadi ia dapat dari dalam loker.

Membuat mereka nampak tersenyum senang. "Sering-sering kek kaya begini."

"Yeh gak sadar diri! Masih untung di kasih!" Sahut Senna malas. "Ngomong-ngomong nanti pulangnya Ngongkrong dulu yuk?"

Mereka serempak mengangguk setuju, terkecuali Bintang yang masih fokus pada layar Handpone nya.

"By! Lo gak mau ikut?" Tanya Kate pelan. Membuat mereka sontak mengalihka tatapan kearah Bintang.

Menggeleng kecil ia tersenyum lembut. "Engga dulu deh, ada Privat soalnya."

"Yah sayang banget, lo gak pernah nongkrong sama kita-kita soalnya."

Bintang nampak menunjukan mimik tak enak, mata nya melirik kearah Handpone milik nya saat ada pesan yang kembali masuk.

Mama.
Kok belum pulang?
Mama udah di rumah.
Kamu gak ada.

Jantung nya berpacu dengan cepat, karna tak biasanya Mentari pulang di jam-jam sore seperti ini. Biasanya wanita karir itu akan pulang sebelum makan malam.

Tubuh nya sontak berdiri tegak, meraih tas ransel nya dengan kasar. "Gue balik duluan ya?" Ucap Bintang pada teman-teman nya.

"Buru-buru banget? Kita belum pendinginan." Senna berujar yang jelas terdengar samar karna Bintang sudah lari terlebih dahulu.

Mereka menatap Bintang penuh heran, bukan harus nya orang berada lebih terlihat bahagia? Namum Bintang, malah seperti orang yang terlilit banyak hutang–

"BINTANG AWAS!" Senna berteriak saat Seorang Siswa yang nampak tengah membawa tumpukan buku berjalan di depan Bintang.

Bruk!

Gadis itu meringis samar, mata nya membulat saat banyak buku berserakan. Dengan sabar ia memungutinya memberikan nya pada Siswa yang sejak tadi menahan kesal.

"Maaf– maaf banget ya?" Suara Bintang terdengar amat halus, ia Memberikan buku-buku yang sudah ia kumpulkan dengn rapi.

Kembali berdiri, dan melanjutkan berlari. Tak perduli nafas nya yang terasa mulai habis. Ia harus sampai di rumah dengan tepat agar Mentari tak semakin marah nanti nya.

Ia takut, Takut akan kemurkan Mentari yang bisa membuat nya Mati.

~•~

"Kemana aja baru pulang?"

Bintang berhenti melangkah, mata nya menatap Menatri yang sudah berdiri di ujung tangga dengan tangan bertaut di dada.

"Tadi– aku kerumah Kena dulu Mah." Bintang menjawab pelan, menoleh saat sang Mamah mulai berjalan mendekat.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang