7. Want to know

1.7K 214 4
                                    

Senna menatap Langit dalam, beralih pada bola basket baru yang ada di dalam dekapan nya.

"Harus nya gak perlu kaya gini, bola ini bahkan harga nya tiga kali lipat lebih mahal dari punya gue." Ucap nya pelan.

"Ga papa, sebagai permintaan maaf aja udah buat bola lo rusak." Langit terseyum. Mengusap rambut Senna halus.

"Tapi– kenapa gak Bintang aja yang kasih gue langsung? Apa dia takut gue bakal marah?" Tanya Senna.

"Engga gitu, gue yang nawarin dia buat kasih bola nya sama lo. Biar ada alasan kita ketemu aja."

Senna nampak tertawa kecil, Langit ini ada-ada saja. Meski terlihat cuek dan tak romatis. Tapi sungguh menjadi pacar seorang Langit adalah impian hampir semua siswi Kencana.

Dan Senna menjadi orang beruntung yang Langit cinta.

"Ngomong-ngomong nanti ada latihan basket ga?" Tanya Langit membuat Senna mau tak mau menggangguk kecil, karna memang akan di adakan.

"Nanti bakal lebih sering, soalnya mau ada lomba."

"Lomba?" Cicit Langit pelan. Dalam hati berfikir apa Bintang akan mengikuti lomba itu?

"Sen?"

Senna menoleh saat Langit memangil nama nya lembut. "Apa lo ngerasa ada yang aneh ahir-ahir ini sama Bintang?"

"Adik lo?" Tanya Senna, menggeleng pelan. "Bintang baik-baik aja."

Langit menghelanafas. "Tapi gue ngerasa ada yang aneh."

"Aneh gimana?"

"Bintang– kaya bukan Bintang gitu."

Senna nampak mengerutkan kening bingung. "Maksud lo Bintang berubah jadi Bulan?"

"Berubah jadi kakak lo?"

"Gak gitu." Langit berucap sabar.
"Sikap nya beda kaya, lo tau film yang kita tonton waktu itu. Film horor—"

"Kita gak peranah nonton Film horor Langit! Lo kan penakut!"

Langit menatap Senna serius, untung Langit mencintai wanita yang ada di hadapannya ini. Bila tidak entah sudah jadi apa Senna sekarang.

"Senna—" Panggil Langit lembut.
"Gue kesel nih, tapi gak bisa marah gimana dong?"

"Ya kan gue bener Lang! Kita emang gak pernah nonton film horor." Senna berucap, mencubit pipi Langit gemas.

"Jadi, lo nonton film horor sama siapa? Sama selingkuhan yang manah?"

Mana ada!
Senna lah satu-satunya.

~•~

Alamanda menarik kabel handset yang di kenakan Bintang, membuat siempunya yang tengah memejamkan mata jelas terusik.

"By! Bintang!"

Gadis itu mengerjap kecil, menatap Manda malas di sertai gumaman pelan.

"Lo udah ngerjain Pr fisika?"

Bintang mengangguk karna memang sudah mengerjakan, di bantu Adin yang menjelaskan materinya. 

"Boleh tanya yang ini gak? Gue agak gak ngerti."

Anak dari Angkasa itu mengangguk, mencondongkan tubuh nya kearah buku milik Manda.

"Itu di cari dulu massa nya." Bintang mengambil alih pensil yang ada di genggaman Manda, mulai menjelaskan apa yang saat itu Adin jelaskan kepada nya.

CAHAYA UNTUK BINTANG (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang