Manda membawa tas besar milik Bintang, masuk kedalam rumah sang sahabat bersama Lave juga Kena.
"Nyari Dek Bintang ya?" Ketiga nya mengangguk saat Tata bertanya, meminta mereka untuk duduk terlebih dahulu di ruang tamu.
"Dek Bintang nya lagi gak enak badan, nanti saya minta izin sama mba Bulan dulu ya?" Wanita parubaya itu bertanya. "Kalian mau minum apa?"
"Ga usah Bu Tata, nanti ngerepoti—"
"Ada es jeruk gak bu? Lave haus banget." Lave mencela ucapan Kena, membuat gadis itu menghelanfas merasa malu.
"Air putih aja bu." Ujar kena dengan nada tak enak.
"Ga papa Mba Kena, Jus jeruk nya banyak kok di kulkas. Kemarin baru belanja." Ia berujar lembut, berjalan meninggalkan ketiga nya menuju lantai atas, tepat pada kamar Bintang.
Mata nya menatap Bulan yang masih berdiri mematung di depan pintu kamar sang adik, dengam tangan membawa nampan berisi makana juga beberap butir obat.
"Dek Bintang nya belum mau keluar Mba?"
Bulan menggeleng kecil.
"Di bawah ada temen-temen nya Dek Bintang—"
"Suruh pulang aja." Sahut Bulan tanpa menatap kearah Tata.
"Tapi saya gak berani– takut Dek Bintang marah." Wanita itu mencicit kecil, membuat Bulan lagi-lagi harus menghelanfas lelah.
"Bu Ta pegang dulu, bujuk Bintang buat makan. Biar aku yang ngomong sama temen-temen nya."
"Tapi temen nya juga belum di kasih minum."
"Nanti aku yang kasih." Bulan bergegas melangkah, menuruni anak tangga dengan tergesa berjalan lebih dulu kearah dapur sebelum bertemu dengan teman sang adik.
Tangan nya terulur menaruh tiga kotak kemasan jus jambu yang baru ia ambil dari kulkas. Menatap kearah Lave, Manda Juga Kena bergantian.
"Kita kesini mau balikin tas Bintang ka, kemarin dia buru-buru ke RS jadi tas nya ketinggalan di resort." Kena berujar menjelaskan, membuat Bulan memgangguk kecil.
"Bintang nya ada kak?" Manda bertanya pelan, Selain mengembalikan Tas, tujuan mereka ke rumah Bintang adalah untuk bertemu gadis itu. Sekedar memastikan bahwa Bintang baik-baik saja meski itu hal mustahil.
"Bintang ya?" Bulan mencicit. "Bintang nya lagi sakit, dari tadi juga gak mau keluar kamar—"
"Gue di sini."
Mereka berempat serempak menoleh searah Bintang yang mulai menuruni anak tangga dengan berlahan, berjalan kearah ruang tamu. "Balikin tas ya?"
Kena mengangguk kecil, "you okey?"
"Ya."
"Pelester lo lucu deh, gemes!" Lave menyahut, menatap kearah Bintang yang nampak bingung.
"Hah?" Ia meraba kening nya, menarik benda tipis berwarna pink dengan gambar animasi itu dengan pelan. Mata nya menatap kearah Tata yang menggaruk alis nya bimbang.
"Semalam kan dek Bintang demam, saya kasih pelester penurun panas aja. Tapi yang dewasa nya abis di lemari obat. Jadi saya pakein yang itu– biasanya kalo dek Bintang sakit kan juga pake yang anak-anak." Tata menjelaskan dengan mimik tak enak, terlebih kini ada teman-teman Bintang yang tengah menahan tawa.
"Cocok kok, muka lo kan muka paud." Sahut Manda, ia memberikan tas kecil Bintang berisi Dompet juga handpone.
"Barang-barang penting lo."Bintang mengangguk berucap terimakasih pada ketiga teman nya.
"Emm kalo udah kita balik aja ya?" Kena berujar pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA UNTUK BINTANG (END)
Teen FictionRasi Bintang Aquila, Gadis yang menurut orang-orang paling beruntung di sejagat Raya, bahkan keberuntunganya melebihi besar nya Alam semesta. bagai mana tidak? lahir dari keluarga Kencana membuat nya seolah bak seorang tuan Putri Raja. kepintaran, k...