"Albert Reoch?" Baru kali ini Ji mendapat surat dari seorang pelukis dengan urusan pribadi.
"Benar, karena itu surat pribadi jadi aku pikir untuk menyerahkannya paling pertama,"
Ji menaikkan salah satu alisnya ia duduk di kursi. Mengambil pisau surat dan membuka surat itu.
"....?"
Selesai membaca, ia meletakkan surat itu kembali. "Syd, Apa jadwalku hari ini?"
"Semua tugas Anda sudah selesai, kemarin Anda juga sudah menyelesaikan rapat jadi hari ini.. Anda mau mengerjakan tugas untuk minggu depan??" Syd sendiri tidak percaya kalau sebenarnya dia bisa liburan selama seminggu.
"Tidak, hari ini aku harus pergi." Ia berdiri, mengenakan kembali jasnya. "Pergi? Kemana?"
"Kau tidak perlu tau." Ia menyelipkan surat itu ke dalam sakunya.
"Tolong siapkan kereta kuda di dekat istana prajurit." Sekretarisnya hanya tersenyum dan mengangguk.
Ji berjalan cepat menuju Istana Prajurit.
Ia mengetuk pintu Sarah, saling bertukar salah kemudian mengutarakan, "Sarah, bisa kau siapkan Monice? Aku harus mengajaknya keluar.." ia kemudian bersiap untuk menunggu di ruang tengah.
Melihat wajah Ji yang terlihat lebih bersemangat dari biasanya, ia percaya saja. Ia tidak bertanya kemana ia akan membawa Monice pergi. Sarah berdiri, "Anda ingin yang mana?"
"Hm?" Pertanyaan Sarah membuat langkah kakinya berhenti, ia kembali memfokuskan atensinya pada Sarah.
"Moca tidak bisa memilih gaunnya sendiri, jadi Anda bisa memilih salah satu.." Sarah membuka lemari putih di ujung ruang kerja. "Eli menyembunyikan pakaian yang ia beli untuk Moca disini.." Sarah tersenyum lega akhirnya pakaian-pakaian itu bisa dipakai.
Ji mendengus kecil, ia tertegun. Eli mungkin jauh lebih peduli pada Monice daripada yang ia pikir.
"Aku percaya selera Eli, terserah Sarah saja.." Ia berjalan keluar dari situ.
.
.
.
Sarah menggandeng Monice menuruni tangga.
Mendengar suara sepatu, Ji yang tengah membaca di ruang tengah langsung berdiri. "Lama se_"
"?....!" Otaknya yakin itu Monice, tapi wajahnya memerah.
Gadis itu tidak memakai sesuatu yang luar biasa, bahkan tidak mewah. Pakaiannya jauh lebih sederhana daripada pakaian Mira. Ia memakai atasan putih lengan panjang dengan pita kerah hitam dan rok panjang abu abu checker pattern. Rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Sarah memberi pin pada poninya yang sudah panjang agar tidak berantakan.
Sarah sendiri agak heran mengapa Ji berubah menjadi merah, bukannya ia sudah bertemu banyak perempuan?
"Pangeran Ji?" tanya Sarah setelah keheningan panjang.
"Ah, ya? Um, aku sudah menyiapkan kereta." Ia mengambil kembali kesadarannya.
Sarah mengangguk dan menggandeng Monice. Monice dan Ji masuk ke dalam kereta, sementara para prajurit itu mengintip dari balik tembok. Para prajurit itu berkerumun mendengar setelah mendengar salah satu teman mereka mengatakan Monice akan mengenakan baju perempuan.
"Sial, aku tidak tau baju perempuan bisa mengubah seseorang seperti itu."
"Hei ini tidak adil, dia sudah mencuri perhatian semua wanita ketika menyamar menjadi laki-laki.. bagaimana bisa dia masih begitu mempesona menjadi wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantasySeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...