My Moca III : Melody's Wish
Catatan: -
Chapter 04
Setiap mereka turun ke lantai bawah, Moca sudah menata sarapan mereka di meja. Sementara gadis itu sudah menyelesaikan sarapannya lebih dahulu, bekerja di desa.
Andrass memakan roti, dan menghabiskan segelas susu.
Sementara Moca kembali di sore hari, memasak makan malam, mengantarnya ke ruangan masing-masing sebelum duduk di sofa dan menggambar di atas kanvas.
Eli yang juga selesai membereskan dokumennya ikut turun ke bawah. Mereka masih belum mendapatkan kabar tentag Ji, entah kapan dan bagaimana mereka akan bertemu lagi. Eli tahu kali ini ia tidak sendirian lagi, Andrass seorang teman lamanya yang sedikit sensitif dan.. ia menatap ke arah gadis yang tengah menggambar di kanvas.
"Moca"
Gadis itu menoleh seolah mendengar suara bisikannya. Gadis itu tersenyum ke arahnya, tidak menyadari kalau ia hanya menganggapnya orang gila dan konyol, ia tidak mempercayai satupun perkataannya.
"Liel, ada mani_"
"Huph_"
pyak!
Liel menutup mulutnya tapi sisa makan malam bercampur darah itu lolos keluar membasahi tangannya.Moca tidak bergerak untuk beberapa detik, perutnya serasa tengah dipelintir melihatnya, "Li.. Liel.."
"Gah.. uhuk.." Tambahan darah itu keluar membasahi tangannya.
Andrass yang tengah membaca di sofa langsung bergegas mengangkatnya, dengan hati-hati memapahnya ke sofa. Hati Moca seketika langsung pilu, ia bergerak untuk menghangatkan susu. Setelah itu membersihkan lantai.
"Apa-apaan, kau tidak bisa menjaga dirimu sendiri?" omel Andrass sembari memberikan Eli saputangan.
"Hm, aku makan dan tidur teratur.. hanya saja.."
"Hanya saja.. aku tidak melihat jalan keluar dari masalah ini.. tidak lima bulan, tidak dalam lima tahun kedepan.."
Andrass duduk menjauh dari Eli ketika mendengarnya. "Kita harus mencoba! Kau tahu sendiri berapa banyak orang di medan perang yang gugur untuk Emeria, kau tahu sendiri orang-orang berharap akan ada hari dimana segala sesuatunya kembali menjadi normal.."
Eli menggeleng. "Memangnya dari kalian ada yang berani membunuh Ai? Bahkan Ji sendiri masih memanggilnya 'kakak, kakak'"
"Memangnya aku berani membunuh Ayahku?"
"Kau.. kau akan mempunyai teman yang membunuh keluarganya sendiri.."
Moca menyodorkan susu hangat itu ke meja. "Jangan bicara lagi, minum." Eli menatapnya sebentar, mengambil segelas susu itu dan meneguknya perlahan.
Moca menatapnya ia dari tadi sudah memikirkannya berulang kali, bahwa seharusnya ia tidak bertindak gegabah. Akan tetapi ia tidak bisa menahan dirinya. Ia berjalan dan duduk di sebelah Eli.
Ia awalnya agak ragu, tapi sudah dititik itu, ia meletakkan tangannya menyentuh bahu Eli, mengarahkannya untuk bersandar ke bahunya. "Mo_"
"Ssh, tidur.." Moca mengelus punggung Eli lembut.
Meski begitu, Andrass merasa risih, "Drama apa la_"
Tatapan tajam Moca ke arah Andrass membuatnya seketika terdiam. Ia menepuk-nepuk bahu Eli pelan, mengelus rambutnya, mengelus punggungnya. Ketika kepala Eli itu hampir oleng karena ia sudah tertidur, ia memeluknya erat. Air mata yang sudah ia bendung kini tumpah. Ia berusaha tidak mengeluarkan suara, hanya napasnya yang semakin berat dan air mata yang terus mengalir.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantasiaSeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...