Entitled44

36 5 3
                                    

Mata Monice kembali terbuka. Lagi-lagi mimpi seperti ini. Apa karena ia begitu khawatir sehingga selalu mimpi buruk yang datang?

"Uph." Tangannya ia gunakan untuk menutup mulut, tapi cairan crimson itu lolos keluar. "Sial." Jantungnya berdegup begitu kencang. Ia turun dari ranjangnya, merasakan kakinya yang bergetar hebat, membuatnya terduduk di lantai. "Ish.. Mimpi itu tidak benar.. kenapa juga Mira ada bersama dengan_ guh."

Secangkir darah itu kembali keluar dari mulut Monice, membuatnya semakin panik.

Tangannya mengusap dadanya yang terasa terbakar itu. Kepalanya terasa pening. "Monice.." Ia menyebutkan namanya sendiri. Mencoba menggerakkan kakinya.

Ia tidak bisa memastikan ini pagi atau malam karena di luar gerimis dan hatinya tengah panik.

Ia membuka pintu kamar Andrass. Andrass yang tengah menikmati pemandangan gelap gerimis pagi itu menoleh, "Mo_" Mata Andrass membulat melihat gadis dengan noda darah itu. "An.. drass.." Ia bersuara lirih, mencengkeram baju Andrass ketika ia mendekat "Pergi ke kapital.. jangan biarkan pangeran meminum apapun yang dari istana.. periksa apa Mira bersama dengannya"

Andrass panik, "Kau kenapa? Monice!?" Ia mengangkat tubuh gadis itu, membawanya menuju tempat kediaman dokter di bagian kanan. "Andrass.. dengar dulu.. pergi ke kapital.." Monice lebih putus asa. Ia begitu sulit menyampaikan kalimat itu, tapi Andrass tidak segera menanggap. 

"Hekh!" Monice reflek melengkungkan punggungnya ke atas ketika rasa sakit itu memuncak. 

"Monice, yang benar saja, apa yang terjadi semalam!?" Andrass sampai ke ruang tengah. Raja yang tengah diperiksa oleh dokter itu langsung berdiri melihat kondisi Monice pada tangan Andrass. 

"Tolong periksa Monice." Andrass membaringkan Monice ke sofa, membiarkan dokter itu memeriksa denyut nadinya. 

"An_drass! Pergi ke kapital!" Suaranya hampir hilang.

Raja yang mendengar keputusasaan Monice menatap Andrass. "Andrass, pergi ke kapital.. aku akan menjaga Lady Kannelite." 

Andrass tidak ingin meninggalkan Monice dan ia tidak tahu mengapa Monice meminta permintaan seperti itu disaat-saat seperti ini. Namun melihat apa yang terjadi membuatnya ikut khawatir akan keadaan Ji, memeriksa keadaan kapital mungkin akan lebih penting. Ia keluar, mengambil kudanya dan segera melaju menuju kapital. 

"..." Monice agak tenang ketika Andrass sudah pergi. Ia menahan rasa sakit itu dalam diam. 

"Bagaimana kondisinya?" Raja bertanya pada dokter yang memeriksa denyut nadi Monice. 

"Sistem pencernaannya terluka parah.. sepertinya ia pernah terbentur keras pada bagian perut." 

Monice tidak peduli lagi pada apa yang ia dengar, ia memilih menutup matanya untuk membantunya menahan rasa sakit. "Yang memicu penyakitnya bertambah parah adalah karena stress.." 

"Hanya setengah bagian paru-parunya yang masih berfungsi. Jantung dan tubuhnya begitu lemah. Gadis ini juga menderita hipoglikemia.." 

Raja agak bergidik mendengar penyakit yang lebih parah daripada miliknya. "Baiklah, bagaimana cara menyembuhkannya?" Tidak ada yang perlu dikhawatirkan seberapa besar penyakitnya asal gadis itu bisa sembuh dan hidup dalam waktu lama. 

"Itu.. penyakit seperti ini seharusnya ditangani sejak penyakitnya dimulai ketika gadis ini masih kecil.. Saya hanya bisa mengundur waktunya saja dengan obat-obatan." 

"Apa maksudnya mengundur waktu?!" Suara Ratu terdengar keras ketika muncul dari lorong kanan. 

"Maaf untuk mengatakan, tapi sudah suatu keajaiban gadis ini bertahan sampai sebesar ini.. Jika keajaiban ini berlanjut pun, ia hanya memiliki waktu selama sepuluh tahun lagi." 

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang