Entitled11

74 12 2
                                    

Ji masuk ke pelataran belakang salah satu penduduk. "Ah, ini tuanmu nak? Tampan sekali!!"

Monice menyengir sementara Ji hanya tersenyum tipis.

Mereka mulai bertanya ini itu. Tentu saja identitas Ji sebagai Pangeran tidak diungkap. "Hm, aneh sekali kenapa justru tuan yang mengikuti bawahannya ke selatan.."

Benar juga. Ji melihat ke arah Monice. "Tidak lama ini dia dibebastugaskan karena identitasnya sebagai seorang perempuan terbongkar. Beberapa pemuda lainnya juga keberatan, ia menetap disana. Tanpa izin siapapun ia kabur begitu saja."

"Duh.. cerita yang rumit.." Salah satu wanita itu menyuapi Monice daging dengan empati. "Tinggimu jauh lebih pendek daripada dulu anakku ketika seumuran denganmu.."

Lagi-lagi masalah tingginya, "Tidak apa, aku jadi lebih lincah daripada orang umumnya.."

"Kau juga terlalu kurus, ayo, makan lebih banyak lagi.." Sedikit yang mereka tahu, Monice doyan makan. "Nak, kau mau mencoba arak?"

Monice langsung menggeleng, tapi apa daya kalau minuman beralkohol itu tetap sampai ke gelasnya.

"Hangat, kan?"

Monice yang merasakan arak itu mengalir turun tenggorokannya mengangguk. Sementara Ji terkekeh melihat Monice.

"Lebih baik mana dengan obat pahit?" Ji masih ingat susah sekali memaksa gadis itu meminum obatnya.

Gadis itu tidak menolak ketika gelasnya dituangi arak kembali. Ada rasa manis, getir, dan asam. "Rasanya berbeda dengan wine.., apa ini bisa membuat orang jadi gila?"

Ia mengingat temannya yang selalu bertingkah aneh sehabis meminum minuman beralkohol dan berbau menyengat.

"Itu normal setelah meminum minuman beralkohol, namanya mabuk."

"Bagaimana denganmu, Tuan Ji, Anda kuat minum?" Mendapat pertanyaan itu, Ji mengangguk. "Kalau begitu, biar saya ambilkan lebih banyak."

"Ah, tidak, saya tidak suka minum.." Wanita itu kembali duduk, "Oh, benar, Anda sedang tidak sehat.. Maaf, saya kurang pengertian.."

Sementara Ji melihat ke arah wanita yang terus terusan menuang arak ke gelas Monice. "Sudah cukup.. gadis itu sudah mabuk.."

"Ey, dia sudah bekerja keras hari ini, dia pantas mendapat hadiah.." Wanita itu menuangkannya kembali.

"Terima kasih makan malamnya, kami harus beristirahat." Ji berdiri, kemudian menggandeng Monice.

Monice baru kali ini merasa pandangannya membayang-bayang. Wajahnya memerah dan jalannya sempoyongan.

Ji mengangkat Monice ke gendongannya seperti anak kecil. "Besok pagi saya akan menghantarkan sup untuk mengatasi hangovernya."

Ji membawa Monice ke dekat selokan. "Muntahkan.. tidak baik anak seusiamu minum alkohol seperti itu."

"Hngh.." Monice tidak mau turun, tubuhnya tidak bisa berdiri tegak, dan membuatnya bingung.

Ji ikut jongkok, barulah gadis itu cukup dekat dengan selokan dan mengeluarkan alkohol yang tadi ia minum.

"Bagaimana, kau sudah merasa lebih baik?" Ji merapikan rambut Monice. Membiarkan gadis itu kembali bersandar ke bahunya.

"Kalau begini aku yakin kau masih tidak bisa menjaga dirimu sendiri.." Ia menghela napas.
.

.

.

Istana Prajurit jadi sedikit lebih sepi. Itu karena mereka tidak berani mengganggu Sarah yang tengah frustasi akan Monice yang menghilang begitu saja di festival musim panas.

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang