My Moca III -05-

17 4 0
                                    

My Moca III : Melody's Wish

Catatan:


Chapter 05

Tidak ada yang berubah, ini sudah satu bulan lamanya, tidak ada kabar sama sekali. Sementara pertikaian antar partai politik semakin menjadi-jadi dan rakyat semakin resah.

"Prajurit Eklis dihukum gantung atas perlawanan terhadap ratu."

Berita itu tersebar di papan pengumuman kota-kota. Sementara bagi Ji dan Eli mereka tahu, itu adalah ancaman secara tidak langsung dari ratu. Kalau Ji dan Eli bertindak lebih jauh, maka semakin banyak orang akan terluka.

Sementara hubungan Eli dan Moca tidak membaik, begitu pula dengan Andrass. Mereka terasa seperti orang asing. Bahkan Eli menahan tawanya ketika ia Moca jelas-jelas tengah bergurau dengannya. Ia sudah memikirkannya selama satu bulan ini, mungkin tempatnya bukan disini.

Oleh karena itu, hari ini Moca memasak lebih banyak dari biasanya. "Kau memasak agak banyak, ada apa?"

"Karena untuk sementara aku tidak akan memasak untuk kalian lagi?" jawabnya atas pertanyaan Eli. Perkataan itu membuat kedua orang yang tengah fokus makan itu mendongak melihat Moca yang pagi ini duduk dan ikut makan juga bersama mereka.

"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Eli pada Moca.

"Aku akan pergi ke istana." 

Eli mengernyit, "Apa maksudmu?"

"Aku akan melihat kondisi disana, kalau bisa aku akan mengirimkan informasi kepada kalian." Moca bisa melihat tatapan khawatir kakaknya, tapi itu tidak lagi menyentuh hatinya. "Eklis pasti sudah menyebarkan sebuah informasi keluar, jadi kalian akan bisa berkomunikasi dengan Ji sebentar lagi."

"Kau akan pergi?"

"Aku tidak bisa mengganggu kalian lagi setelah ini." Selesai mengucapkan kalimat itu, ia memakan sarapannya. Sarapan yang begitu hening.

Moca mengambil barang-barangnya di kamar, kemudian mengeluarkan sebuah kanvas berukuran 60x80nya yang terbungkus kain dengan rapi. Turun ke bawah dimana Eli masih tampak khawatir untuk melepasnya pergi ke kapital.

"Istana dijaga begitu ketat, kau pikir kau bisa masuk?"

"Waktu kecil kau dan pangeran juga sering menerobos pengawasan istana untuk keluar. Aku akan menerobos masuk, itu tidak mustahil."

Eli mengangguk-angguk mendengarnya, sementara Andrass justru bertanya, "Darimana kau tahu?" Ketika Andrass bertanya seperti itu, barulah Eli sadar bahwa benar ada yang ganjal dari jawaban Moca.

Moca mendengus, "Pikirkan sesuka hatimu." Ia menatap ke arah Eli yang wajahnya juga bertanya-tanya. "Ini," Ia memberikan kanvas itu kepada Eli. "Waktu itu kau memberiku tiga tael perak, jadi aku pikir aku akan membayarnya kembali dengan lukisan, entah kau menyukainya atau tidak.."

Dalam satu bulan, Moca berhasil mengembangkan tiga tael perak itu berubah menjadi dua belas tael. Ia memiliki perbekalan yang cukup untuk tinggal di kapital dan membeli pakaian yang agak layak untuk masuk ke dalam istana. Yang ia pakai selama ini adalah kaus lengan panjang putih lelaki yang harganya dua koin perunggu dan celana panjang coklat, seperti orang-orang desa pada umumnya. Ia bekerja seharian jadi celana terasa lebih nyaman. Rambut panjangnya ia ikat satu. Masih dengan model pakaian yang sama ia melajukan kudanya ke kapital.

Dua hari dua malam, ia sampai ke kapital.

Malam itu ia tengah beristirahat di penginapan, ketika pintu kamarnya di ketuk. "Siapa?" tanya Moca sambil berjalan ke arah pintu tapi tidak ada jawaban. Ia membuka pintu itu, melihat seorang dengan pakaian biru gelap ala bangsawan.

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang