Entitled42

42 7 2
                                    

Ai ingin membantu? Ji sudah tahu itu omong kosong tapi ia juga tidak berharap Ai mengingkari ucapannya sendiri. 

Semua urusan baik masalah istana dalam dan urusan kerajaan menjadi satu ditangannya. Syd, sekretaris lamanya itu kembali membantu. Ia memercayakan tugas lapangan pada Roy dan William. 

Kalau begini caranya, jangankan mengurus rencana mengalahkan kakaknya yang hanya goyang kaki. Ketika ia justru terus didatangi orang-orang yang memiliki motif untuk menambah susah pekerjaannya. 

"Apa Anda tidak bisa mengundang Monice kembali? Kita membutuhkan otak disini," keluh Syd yang melihat mereka kekurangan informasi untuk menyatakan keputusan. "Sudah kubilang jangan menyebut namanya." Ji menghela napas. 

Ji yang diam sejenak kemudian berdiri, "Kau urus sebisanya, aku harus pergi." Ia berdiri meninggalkan Syd yang mulai tidak nyaman harus membaca tumpukan dokumen itu lebih lagi. 

Kling! 

Lonceng di pintu berbunyi ketika Ji membuka pintu restoran. Para pelayan yang melihat kehadirannya segera mempersilahkannya untuk duduk di ruang privat. "Ini, dokumen yang sudah saya tulis berdasarkan cerita para informan." Pelayan pria itu menaruh satu berkas penuh keatas meja. 

Ji melihat berkas itu, sudah ia tebak, Monice mengatur orang untuk membantunya. "En. Terima kasih." Ia menerimanya kemudian segera keluar dari ruangan itu. 

Pekerjaannya berhasil berlangsung dengan baik, terima kasih pada para informan. 

"Mira, kau sudah cukup mengerti politik.." Ai memeriksa tugas-tugas yang ia berikan pada Mira dan jawabannya. "Kemampuan mengarangmu cukup bagus," dengus Ai meskipun Mira tidak tahu kalau itu sindiran. 

Mira tersenyum lebar, "Apa saya sudah baik?" 

"En." Ai meletakkan kertas itu kembali ke meja kemudian menatap Mira. "Sekarang kau pergi ke ruang kerja Ji dan berkatalah untuk membantunya." 

"?" Mira kembali ragu. "Aku tidak cukup pintar untuk itu.." 

"Yahh.." Ai juga yakin itu. "Pangeran Ji tengah dalam situasi sulit, ia melakukan pekerjaannya sendirian. Monice juga tidak terlihat membantunya sama sekali." 

"Monice tidak membantunya?" Mira penasaran. 

"Tidak. Karena itu, Pangeran Ji pasti akan merasa bersyukur siapapun yang bisa membantunya." Ai tersenyum tipis, "Mira, kau mungkin tidak bisa politik, tapi kulihat kau bisa.. nekat." 

"Mira.. terkadang kau tidak perlu bakat ataupun kecerdasan. Tekati saja.. kau ingin dekat dengan Pangeran Ji, kan?" 

Mira agak ragu bagaimana untuk menanggapi pertanyaan itu. "Aku ingin.. tapi.." 

"Tidak ada cara yang lebih baik.. Saat ini ia memerlukan Monice. Karena ia tidak ada.. kau bisa menggantikan posisinya." 

"Menggantikannya?" Mira tidak menganggap kata-kata itu positif. 

Ai mengamati ekspresi Mira, "Ini bukan hal buruk seperti yang kau pikirkan. Ini, yang dinamakan melihat kesempatan dan memanfaatkannya." 

"Bilang padanya: kudengar istana begitu sibuk dan kekurangan orang, aku mampir untuk menawarkan bantuan kalau pangeran tidak keberatan."

Ji agak terpaku mendengar Mira berkata hendak membantu. Ia berpikir sejenak: Benar, Mira kan terkenal dengan kemampuan akademiknya yang bagus. "En. Duduk. Syd yang akan mengajarimu, aku akan rapat." 

Mira mengangguk grogi, ia senang Ji menerimanya begitu saja tapi juga takut pekerjaannya akan begitu berat. 

Syd langsung menyambut Mira dengan baik. Mempersilahkannya untuk duduk di mejanya dan memberikannya berkas-berkas berisi keluhan masyarakat pedesaan. Itu adalah yang paling mudah. "Kalau memerlukan informasi kau bisa bertanya padaku, aku akan mencarikannya." 

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang