"MM_MM!" Merasa tubuhnya digoncang-goncang, Monice membuka matanya.
Ia masih agak pusing. Pandangannya masih kabur, tapi perlahan ia bisa melihat Mira yang tengah diikat tali dihadapannya. "Mh_" Tampaknya ia juga dalam kondisi yang sama.
Monice memposisikan disinya untuk duduk kemudian mendekat ke arah Mira. "Mm_mmmm!" Monice ingin tertawa kesal rasanya, bahkan saat diikat pun gadis itu tetap berisik.
Meskipun butuh waktu, Monice dengan mudah melepaskan ikatan di tubuhnya. Ia ini prajurit yang sudah dilatih banyak hal. "Meskipun aku membuka ikatan di mulutmu, jangan berisik. Mereka bisa mendengar kita," bisik Monice yang direspon anggukan oleh Mira.
Mira sebenarnya panik, tapi melihat Monice yang membawa diri begitu tenang, ia ikut tenang. "Kau keren. Tapi kenapa mereka menculik kita? Kita akan dibawa kemana?" Mira mengecilkan volume suaranya.
Monice melihat sekeliling, ia sekarang ada di kereta barang yang tertutup. Monice menggeleng, ia tidak tahu. Ia tidak bisa melihat ke luar untuk melihat arah mereka pergi.
"Dengar.. ketika mereka membuka pintu kereta untuk memeriksa kita nanti, tetaplah di belakangku. Aku yang akan mengurus mereka."
Mira mengangguk.
Setelah itu Monice hanya diam. Ia berpikir, siapa yang hendak mereka culik sebenarnya? Dirinya atau Mira?
"Tenanglah, Ayahku pasti akan langsung mengerahkan pasukan untuk mencariku." Mira yakin akan hal itu. "Kau orang penting bagi istana, pasti istana juga akan mengerahkan orang untuk mencarimu."
Monice mendengus, "Pastikan saja Anda tidak terbunuh sebelum mereka sampai."
"Ah, berhenti! Aku ingin buang air besar!" Suara pria itu terdengar. "Haish, yang cepat, Nona Lea menunggu!"
Dari perkiraan Monice ada tiga orang pria. "Lea?" Monice mengernyit, ia mengingat wanita yang tergila-gila dengan Pangeran Hora itu. "Ada apa kau mengenalnya?"
"SSh," Monice menutup mulut Mira diam ketika ia merasa seseorang bergerak untuk membuka pintu kotak itu.
"Tsk. Oh kalian sudah bangun ya? tidurlah lagi!" Pintunya tidak dibuka, hanya jendela kecil yang digeser dan memperlihatkan mata orang itu. Kemudian dilemparkan gas sedatif itu kedalam kereta.
Mira dan Monice terbatuk-batuk menghirupnya. Kesadaran mereka kembali terganggu. Sebuah pikiran terlintas di otak Monice sebelum kesadarannya sepenuhnya hilang. Ini bukan taktik seorang Lea!
Berita hilangnya Mira sudah tersebar ke seluruh kota. Prajurit milik Tuan George sudah tersebar mencari sosok Mira itu.
Thea, pelayan Monice, memohon. Berlutut kaki di hadapan singgasana yang diduduki oleh Ratu. "Nona Monice menghilang bersama dengan Lady George.. tolong bantu saya mencarinya.." Ia menangis di ruang singgasana itu.
Ratu menaikkan alisnya Monice pernah menjadi pengawal Ji, ia seharusnya tidak semudah itu dalam bahaya, "Aku akan membantumu mencarinya. Tapi jawab dulu pertanyaanku."
Thea menatap ke arah tahta, hendak mendengar dengan seksama pertanyaan Ratu. "Apa hubungan mendiang Eli dengan Monice?"
Mendengarnya, Thea meneguk ludah. "Nona Monice.. adalah adik kandung Eli George."
Mata Ratu melebar mendengarnya. "Kau tau kau akan dihukum pancung jika berbicara sembarangan di ruangan ini."
Thea semakin menangis, "Nona Monice sudah melalui banyak dalam hidupnya.. Buat apa saya berbohong, saya sungguh ingin menyelamatkan nona saya.."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantasySeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...