Monice kembali mendapati informan nomor satunya itu berada di radar matanya di Istana Musim Panas.
Ia tengah menikmati coklat panas bersama dengan raja dan ratu di depan perapian.
Tangan informan itu bergerak memberi kode yang bisa diartikan oleh Monice: "penting!" Monice mengamati raja dan ratu kemudian berdiri. "Ada apa?" Ratu bersuara menyadari tingkah gadis itu.
"Maaf, saya mengantuk, saya akan ke kamar lebih dahulu," Ia hendak undur diri tapi Ratu justru menarik tangannya sehingga ia kembali duduk di sisinya. Tangan ratu memegang dahinya, memeriksa suhu tubuhnya. Kemudian dengan khawatir ratu membaringkan Monice ke pangkuannya, "Tidurlah disini, aku akan membawamu ke kamar ketika perapian di kamarmu sudah menghangatkan ruangan."
Serba salah!
"Ehm, Yang Mulia.." Ia hendak duduk kembali tapi ratu menahan tubuhnya agar tetap berbaring.
"Tidak apa," suara raja ikut memberitahunya.
Ia kembali melihat dari sudut matanya, informan itu sudah pergi. Matanya ia layangkan ke wajah ratu yang ada di atasnya. Monice tersenyum tipis, siapa yang menduga dirinya bisa tidur di pangkuan Ratu Emeria?
Ratu merapikan poni Monice, mengelus rambutnya kemudian tangannya. Membuat Monice yang tadinya berbohong jadi mengantuk sungguhan. Monice tidak ingin tertidur tapi sesulit apapun mencoba matanya itu memaksa menutup. Sihir apa yang dilakukannya? Tidak sempat berpikir lebih lanjut matanya sudah menutup sempurna dan ia tertidur.
Ratu tersenyum tipis, memeluk gadis mendekat pada wajahnya. "Kau begitu menyukainya?" Raja bertanya, ia juga menyukai Monice tapi hanya berdasarkan rasa simpati saja. "Kalau aku melakukan yang sama pada Ai.. apa keadaan sekarang akan berubah?"
"Gadis ini membuatku merasa begitu bersalah.." Ia kembali mengelus pipi Monice. "Itu bukan kesalahanmu.." Raja mendekat, mengelus punggung istrinya.
Itu tengah malam. Semua tengah tertidur.
Klek. Pria itu membuka kunci kamar dengan mudah dan masuk, berjalan ke samping ranjang. "Lady Kannelite." Ia menggoncangkan tubuh itu tetapi Monice tetap tidak terbangun. Terpaksa, ia mengambil tangannya dan menekan titik vitalnya, "Ak!" Monice langsung membuka matanya menarik tangannya dan mencekik leher pria itu.
"La_dy ini saya_" Kalau ada pedang di ruangan itu mungkin kepalanya sudah tidak utuh.
"Kau?!" Monice segera melepas tangannya dari informannya. Ia menatap pria itu lebih jelas lagi kemudian menenangkan dirinya. Ia menyalakan lilin yang ada di mejanya.
"Baiklah, laporkan.." Monice duduk di pinggir ranjangnya sementara pria itu menyampaikan apa yang terjadi.
"Saya segera kemari setelah memastikan ada keributan serius di deretan daerah pinggiran Emeria bagian timur yang berbatasan dengan Kerajaan Timur."
Monice tidak merespon, ia hanya mendengarkan tanpa ekspresi.
"Setelah memeriksa dengan kenalan saya di istana, kemungkinan besar yang menanganinya adalah Lady George," Pria itu memeriksa reaksi Monice yang hanya diam kemudian melanjutkan, "Ada rapat negara sebentar lagi.. mungkin para petinggi akan menanyakan maksud Pangeran Ji."
"Masalahnya begini : penduduk perbatasan sudah mengejek keadaan lumbung padi dan pembangunan penduduk terperncil Kerajaan Timur. Ada tiga pihak yang saling bertentangan.. masyarakat kota yang tidak mau ikut campur, masyarakat perbatasan yang tidak mau mengaku bersalah dan terus mencari dukungan untuk berperang, dan masyarakat Kerajaan Timur yang tidak terima mendapat perlakuan seenaknya."
Monice menghela napas, "Bagaimana tentara yang berjaga di perbatasan?"
"Itu menjadi permasalahan utama.. Surat petisi penduduk agar tentara membantu mereka disetujui cap kerajaan, suplai perang kecil-kecilan itu juga disetujui."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Moca II : Monice
FantasiSeorang gadis yang kehilangan, tidak berharap sebuah akhir yang bahagia, ia ingin akhir yang secepatnya. Tapi seseorang mengikat dirinya tetap tinggal, "Aku tidak akan memaafkan dunia, aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau aku kehilangan ka...