Entitled54

36 7 2
                                    

Mempercayai Sarah, Monice diberangkatkan kembali ke kapital untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. 

Sampailah Monice disini sekarang. Kepalanya masih sering pening setelah kehilangan begitu banyak darah tapi ia berdiri di ruang pertemuan dengan keluarga Tuan George dan Ai. 

Ai hanya bisa tersenyum pasrah melihat suasana yang buruk pada meja pertemuan itu. Mira dan Tuan George menatap tidak suka ke arah Monice sedangkan Naomi tanpa ekspresi ingin segera menjauhkan keluarganya dari Monice. 

"Jangan menatapnya sengit begitu Tuan George, seluruh keluarga kerajaan sudah tau kalau Monice adalah anak kandung Anda." 

Tuan George menoleh kearah Ai. 

"Anda harus bersyukur saya tidak meminta gadis ini untuk melapor ke pengadilan atas perbuatan kalian" Ai sebenarnya tengah berusaha mengerti kenapa pria bermatabat tinggi dan jarang melakukan kesalahan itu begitu membenci Monice sampai kehilangan akal sehatnya. 

Ai menatap ke arah Monice yang wajahnya pucat. Pasti tekanan yang ada untuk duduk di depan orang yang pernah menyiksanya menimbulkan trauma berat. 

Ah.. Ai pernah baca.. hukum keseimbangan.. 
Ada yang begitu mencintai sampai mati
Ada yang begitu membenci sampai mati

"Tidak perlu dilaporkan ke pengadilan. Gadis ini. Bukannya gadis ini sendiri yang memutuskan untuk mengganti namanya?" Naomi mengelak kalau yang dilakukan keluarga ini suatu kesalahan.

Ai terkekeh mendengarnya. "Yah kalau membahas itu sih.. itu karena kalian menghapus daftar namanya sehingga Ji memberikannya gelar baru.. Kan tidak bisa ia meminta nama belakang George kepada pemerintahan.." Ia menatap wanita usia paruh baya itu. "Yang ingin saya laporkan ke pengadilan itu kegiatan kalian mencoba membunuh gadis tidak bersalah ini." 

Monice tidak dalam kondisi prima. Ia benar-benar membenci orang didepannya tapi sekarang yang timbul hanyalah perasaan takut yang kuat. Ia bisa mendengar jantungnya berdegup keras dan tangannya gemetaran. Ia menurunkan tangannya dari atas meja ke atas pahanya. 

"Kak Ai.. mengapa sembarangan menuduh keluargaku?" Mira menatap Ai tidak percaya bukannya kemarin-marin Ai masih asik mengatakan ia bisa menjadi ratu? 

Naomi melihat gerak gerik Monice. Ada yang salah dengan gadis itu. "Kau kenapa?" Mereka langsung mengalihkan pandangannya kepada Naomi kemudian mengikuti arah matanya menatap gadis itu. 

Monice mendongak, melihat orang yang bertanya padanya. Peduli apa dia dengan dirinya? 

Ai berdiri, ia mendekat ke arah Monice, "Disini tidak ada yang bisa melukaimu, Monice." Ia ikut mengasihani Monice. Ia berdiri di samping Monice, sedikit menutupinya dari orang-orang didepannya. 

"Atur napasmu." Setelah mengatakannya Ai kembali menatap tiga orang didepannya. "Kalau hal ini sampai ke telinga publik, reputasi Anda bisa langsung turun." Ai sih tidak takut menatap lurus Tuan George. 

"Apa yang Tuan Putri inginkan?" 

"Mira turun dari kandidat ratu." 

"Kak Ai!" Mira langsung meghentakkan tangannya dan berdiri, ia merasa dikhianati. 

"Maaf Mira.. selama ini aku hanya memanfaatkanmu untuk menentang Pangeran Ji. Kau tidak cocok menjadi ratu, selama ini aku hanya berbohong." 

Mira merasa kesal marah mendengarnya. "Ayah, aku tidak terima dipermalukan seperti ini." Ia juga malu, menarik lengan ayahnya dan menyembunyikan kepalanya. Sementara mata Naomi kembali melirik ke arah Monice. Anak itu.. mirip dengan Eli. Tidak.. anak itu mirip dengan bayi yang ia gendong sewaktu lahir. Matanya seolah terpaku untuk terus mengamati gadis yang hanya diam itu. 

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang