My Moca III -07 & Epilog-

38 4 3
                                    

My Moca III : Melody's Wish

Catatan: -


Chapter 07

"Aw-awawaw" Ai mengulang bagaimana Moca menunjukkan rasa sakitnya yang dibuat-buat dan tertawa kecil. Gadis itu imut sekali. Ia membereskan dokumen yang ada di mejanya dan juga di meja Moca setelah menyelesaikan pekerjaannya. Bisa dipastikan tempat Ai selalu rapi karena ia seorang yang perfeksionis sampai ke tulang sum-sumnya. 

Ia mengetuk pintu kamar Moca, "Ody, kau sudah tidur?" Ketika tidak terdengar jawaban, Ai hanya mengendikkan bahu. Gadis itu pasti sudah terlelap. Ia tersenyum tipis kemudian membersihkan dirinya sebelum pergi tidur. 

Pagi hari, Ai sudah cemberut ketika Moca ternyata tidak ada di kamarnya, bahkan tidak datang untuk membantunya menata pakaiannya. "Rey! Cari Ody!"

Baru saja ia berteriak, Rey tiba-tiba berlari masuk dengan wajah yang pucat. "Yang Mulia.. Melody.. lapangan.. Melody.."

Ai mengernyit, tatapannya seolah mengatakan. "Apa ia bayi baru lahir yang tidak bisa mengatakan satu kalimat penuh?"

Rey menenangkan dirinya sebelum berkata, "Komplotan Pangeran Ji, Jenderal Eli dan pengawalnya, Andrass. Melody ditawan oleh mereka di halaman istana!" Ai mengernyit bingung ketika nama mereka disebutkan bersamaan. 

"Ody..?" Butuh waktu sesaat sebelum Ai menyadari apa yang terjadi. Ia melepaskan jubah dan baju luarnya yang berat, mengambil pedang dan berjalan cepat menuju halaman.

Disitu Ji telah dikepung oleh para penjaga istana, mata-mata kepercayaan Ai sudah menarik busurnya, bersiap menembak. 

Ai mengeram, "Bukankah aku sudah bilang taruh dua mata-mata untuk mengikutinya?"

Rey menunduk. "Melody sendiri yang meminta pada mata-mata itu untuk bertarung dan membuat kesepakatan, apabila ia menang, mereka tidak akan mengikutinya lagi."

"Tetap saja, tidak bisakah mengikutinya diam-diam?!"

"Be_beliau melukai salah satu tangan mata-mata yang tidak menjaga ucapannya, jadi tidak ada lagi yang berani mengikutinya.."

Ai mengepalkan tangan, ia hanya bisa mempercepat jalannya menuju halaman istana.

Gerbang istana ditutup, para menteri yang mendengar kegaduhan itu ikut menonton dari jauh, baik dari atas lantai tiga atau turun untuk menyaksikan penentuan masa depan kerajaan mereka. Orang-orang dari istana prajurit menonton pertikaian dua saudara itu dari jauh. Meski dikatakan ada dari mereka yang memihak Ai ada juga yang memihan Ji, mereka semua tidak berani menunjukkannya. Mereka tidak boleh terlihat memihak sama sekali. Karena sudah tradisinya siapapun yang menang akan melakukan pembersihan pada pihak yang kalah -artinya semua yang ikut serta mendukung pihak yang kalah, mereka akan dirampas harta bendanya bahkan mungkin mati. 

Napas Ai terhenti ketika melihat Moca berada di tangan Ji. Mata gadis itu ditutup oleh kain, tangannya diikat. Salah satu tangan Ji mencengkeram tubuh itu kuat sementara tangan lainnya mengarahkan pedang ke leher Moca.

Tubuh Moca, tertutup oleh jubah hitam Andrass. Tapi dari bentuk wajah dan rambutnya, semua orang tahu itu adalah orang kesayangannya. 

Ai mendekat, "Hah... Ji, kenapa kau membawa-bawa gadis yang tidak salah apa-apa dalam pertikaian kita?"

Ji mempererat cengkeramannya. "Katakan yang sejujurnya, siapa yang membunuh mendiang raja dan ratu?" suaranya tegas, tatapannya arogan.

"Kau apakan gadis itu?" Ai mendekat ke arah Ji, dan Ji mundur, ujung pedang itu menggores leher Moca, darah mengalir. "Ji, hentikan!"

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang