Entitled16

85 12 7
                                    

"Yaho, Andrass." ucap Monice setelah membuka kamar Andrass.

"Moca?" Andrass yang tidak menyangka kedatangan Monice mengedipkan matanya beberapa kali.

Monice sudah mendengar cerita dari Sarah. Ia tertawa kecil mendengar Andrass dipulangkan tiga hari. Ia tidak tahu ternyata ia mempunyai teman yang sangat setia kawan.

"Kau hanya akan diam begitu?" Monice justru tidak nyaman hanya mendapat tatapan dari Andrass yang biasa nakal padanya. "Sudahlah, aku harus menemui Pangeran Ji." Kecewa dengan reaksi temannya ia beranjak pergi.

"Tunggu." Andrass menahan tangannya.

Monice berbalik, "?!"

Andrass mengangkat tubuhnya ke langit. "Hei, jangan begini juga! Turunkan!" Tidak mendapat reaksi yang diinginkan, ia menurunkan Monice.

"Kau pulang, Mo?" Roy ikut menyapa. "En." Ia melambaikan tangannya pada Roy yang baru keluar dari kamar mandi.

"Tsk." Andrass menutup pintu kamar.

Monice kembali menatap Andrass, "Aku hanya ingin menyapa.. aku harus menemui Pangeran Ji, bye!"

Andrass mengangguk. Menatap gadis yang berjalan menuruni tangga, ia merasa ada yang berbeda.

Memang benar rasa sakit itu membuat seseorang menjadi lebih dewasa.

.

.

.

Monice mengetuk pintu kerja Ji. Kemudian melangkah masuk ketika Syd membukakan pintu.

"Oh, kau sudah sembuh?" Syd tersenyum senang. "Perkenalkan, nama saya Syd," ucap Syd sembari mempersilakan Monice untuk duduk.

"Monice."

Monice melihat Ji yang tengah sibuk dengan bau tinta.

"Pangeran sudah menyampaikan kau akan jadi pengawalnya. Meskipun kau sudah pernah bersekolah di Gedung Aristokrat, aku ingin kau membaca buku-buku ini dulu." Syd memberikan tiga buku tebal bertemakan politik, ekonomi, dan sejarah.

"Kalau kau sudah selesai membacanya, kau bisa mengambil buku yang berada di bagian lemari ini.. Aku sudah mengaturnya untukmu."

Monice melihat sederet lemari penuh buku yang perlu ia baca. Tentu saja sebelumnya ia tidak tahu harus belajar begitu banyak, kalau tahu mungkin... .

"Baik."

Ji yang mendengarnya mencuri pandang ke arah Monice kemudian kembali fokus ke pekerjaannya.

"Ah, Monice kau bisa menghitung? Pelajari juga tiga buku seri Geometri dan Aljabar." Syd sendiri pasti malas melakukan semuanya. Tapi ia senang merasakan yang namanya kuasa senior.

"Baik." 

Syd menaikkan alisnya, ia tidak melihat ekspresi mengeluh sama sekali, "Ok, baiklah." Ia akan memeriksa hasilnya nanti.

"Ah.." Suara Syd kembali mencuri perhatian Monice, "disini hanya ada dua meja. Tidak cukup ruangan untuk meja ketiga, kau tidak keberatan belajar di sofa?"

Monice mengangguk.

"Bagus, segera selesaikan dan aku akan mengajarkanmu cara menyusun dokumen." Syd merasa bangga sekali mengatakannya. Ia sudah seperti raja saja.

Monice mulai membuka salah satu buku.  Ia memiliki ingatan fotografi jadi tidak kesulitan menyerap isi buku.

Gadis itu duduk di karpet dan belajar menggunakan meja pendek di depan sofa.

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang