Entitled09

76 13 2
                                    

"Monice, kau keluar denganku untuk melihat festival," ucap Sarah usai kegiatan bersih-bersih selesai.

"En." Monice hanya mengangguk kecil menuruni tangga. Ia lagi lagi melihat wajah lebam orang-orang. Mengingat cerita dari Roy, ia hanya mendengus. Masih tidak seberapa sakit daripada yang pernah ia alami.

Ketika matanya bertatapan dengan teman B4, ia tersenyum puas sambil mengangkat dagu dan menyipitkan mata.

"Ah, kesal." Monice jadi teringat luka yang pernah ia alami, mengingat Eli setiap bertatapan dengan juniornya.

Malam hampir datang, Ia memilih bajunya untuk pergi ke festival. "Moca pilih yang warna terang."

"Tidak, aku suka yang warna gelap."

"Pilih warna kuning!" Perintah Sarah.

"Ha-ha. Warna hijau tua sepertinya bagus."

"??!" Sejak kapan Monice jadi bandel begini?

Monice mengambil setelan warna hijau tua dari lemari, dan mengganti bajunya.

Ia menatap tampilannya dicermin. Merasa perlu mengganti sesuatu, ia mengambil gunting kemudian memotong rambutnya rata sedagu.

"Tidak buruk.." ucapnya sendiri menatap bayangannya.

Ia kembali turun menemui Sarah yang mungkin masih kesal karena ia memilih gaun dengan warna berbeda dengan keinginan Sarah. "Moca, rambutmu.." Sarah tidak percaya Monice melakukannya sendiri.

"Aku merapikannya sedikit." 

Beberapa pemuda curi pandang akan tampilan sosok perempuan yang tomboi. Mata mereka tidak berhenti menatap gadis itu. Monice balik menyapukan matanya kesekitar, menatap mereka dengan tatapan kesal. 

"Kenapa? Kalian harus terbiasa, aku ini perempuan," ucapnya dengan nada dingin. Ia kembali menatap Sarah kemudian tersenyum tipis, "Sarah, ayo." 

Sarah mengangguk, ia menggandeng Monice dan berjalan keluar istana bersama dengan Sarah.

Satu-dua kembang api tidak berhenti menghiasi langit disana sini. Makanan manis, perhiasan warna warni, karya ukir, mainan, ikan dan masih banyak lagi menghiasi etalase pinggir jalan.

"Monice apa tidak ada sesuatu yang ingin kamu beli?" Sarah bertanya sembari melihat-lihat perhiasan. "Tidak ada.."

"Bagaimana dengan permen kapas?"

"Tidak perlu."

"Moca??" Tidak biasanya gadis itu menolak jajanan manis. "Apa ada yang salah denganmu? Hari ini kau menolak menggunakan baju yang aku pilih, memotong rambutmu, dan menolak makanan manis.."

"Aneh, kah? Baju warna kuning terlalu mencolok.. aku hanya merapihkan rambutku, dan aku sudah makan malam."

"Sarah.. bukankah kau suka barang antik? bagaimana kalau pergi ke toko itu?" Monice menunjuk salah satu toko yang biasa dikunjungi Sarah.

Sarah mengangguk menuruti gadis yang menariknya masuk ke toko itu .

Ia keluar setelah asik melihat-lihat toko itu dan baru menyadari Monice sudah tidak mengikutinya. "Moca.." Apa yang ia waspadai benar-benar terjadi. Gadis itu sudah menghilang tanpa ia sadari. "Moca!" Sarah berlari keluar dari toko itu, meneriakkan namanya. 

Sementara Monice berjalan cepat menyampingkan tubuhnya melewati keramaian. Ia masuk ke peternakan kuda dan membeli sebuah kuda dengan sekeping emas kemudian memeriksanya. Setelah memakai mantel ungu, sempurna! Ia melaju kudanya ke selatan.

Ia melajukan kudanya di samping sungai dengan cahaya lebih terang. Suara letupan kembang api terlihat memuncak, suaranya bertabrakan dengan derap kudanya. Ia menoleh, melihat langit yang pernuh percikan api. Memelankan dan menghentikan kudanya.

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang