Entitled21

69 13 1
                                    

Pembaca diharap membaca "Spesial Episode - Yo Ai" 01 - 03 yang di publish di buku pertama sebelum membaca part ini, terima kasih. 


Dua tahun telah terlewat. Beberapa hal telah berubah. Monice tidak lagi seorang remaja tetapi dewasa muda berusia 17 tahun. Ia bekerja sebagai tangan kanan Pangeran Ji juga sebagai investor sukses. 

Ia mendirikan sebuah bangunan atas namanya dimana lantai pertama dan keduanya ia gunakan sebagai restoran. Lantai bawah tanah untuk pertemuan rahasia dan lantai ketiga sebagai tempat kerja dan istirahatnya. Nama Kannelite semakin dikenal karena keberhasilannya diusia muda. 

Pangeran Ji sibuk mengawasi pembangunan yang berlangsung di Kerajaan Emeria dibantu dengan Andrass yang menjadi ajudannya. 

Raja mengambil istirahat di Istana Musim Panas karena ondisi kesehatannya terus memburuk. Sementara Ratu mengerjakan tugas di istana dibantu oleh Putri Yo Ai. 

Mira melakukan banyak kegiatan sosial dan kegiatan amal. Meskipun nilai akademiknya bagus, ia lebih tertarik untuk memperdalam ilmu kewanitaannya seperti menjahit, menyulam, beretika, dan memasak. Ia menjadi sosok panutan dalam acara-acara sosial. 

Ratu yang awalnya keras kepala ingin segera menjodohkan Mira dengan Ji sudah tidak pernah mempermasalahkannya lagi ketika ia harus mengurus pekerjaan negara yang tengah sibuk. Terlebih lagi, Monice yang disukai Ji itu menawarkan diri untuk membantu pekerjaannya dengan kemampuannya mengurus dokumen. 

Ai yang mulanya menganggap Monice sebagai gadis yang cukup brilian justru memilih mengabaikannya. Monice memang gadis yang telaten dan pekerja keras, tetapi setelah mengamatinya Ai tahu perempuan itu tidak tertarik dengan kekuasaan. Monice bukan orang yang bisa ia ajak kerjasama untuk melakukan apa yang ia mau. Ia menjaga jarak, tidak ingin rencananya dirusak oleh variabel pengganggu. 

Mira gadis yang terobsesi dengan Ji yang berusaha melakukan apapun untuk disenangi oleh keluarga Kerajaan-lah yang tanpa sadar menjadi boneka tali Putri Yo Ai. 

"Monice!" Rey menyapa Monice senang ketika gadis itu akhirnya kembali terlihat di istana prajurit. "Rey." Monice menyapa balik. 

"Apa kau begitu sibuk? Kau semakin jarang ke mari." Rey merangkul leher Monice. "Tentu saja, aku harus mengumpulkan begitu banyak informasi untuk dilaporkan." Monice duduk di sofa, menyapa teman yang lainnya. 

Sarah pulang ke istana, mendapati Monice yang sudah berada di sofa bermain catur dengan pemuda lainnya. "Moca, apa Pangeran Ji akan pulang hari ini?" Sarah menduga alasan gadis itu datang. 

"Ya, aku harus membantunya memeriksa kembali dokumen, memastikan tidak ada yang keliru karena besok siang Pangeran harus datang ke peresmian kapal baru." Monice menggerakkan Ratu di papan caturnya. 

"Kalau begitu istirahatlah, aku akan memanggilmu ketika Andrass sudah terlihat." Monice kembali mengangguk. 

"Rey, kapan kau luang? Aku ingin mengajakmu duel pedang." Pertanyaan Monice membuat Rey bersemangat, "Kapanpun." 

.

.

.

Monice masuk ke ruang kerja Pangeran Ji. Ji tersenyum melihat Monice sudah datang. "Lama tidak bertemu, Monice." 

Monice ikut tersenyum, sekitar satu bulan mereka disibukkan oleh pekerjaan masing-masing. "Anda terlihat lelah, Pangeran Ji." 

"Tidak apa. Semua dokumen rapat ada di tabung itu." 

Monice langsung mengangguk, "Aku akan bantu menatanya kembali." Mereka berdua terlarut dalam pekerjaan masing-masing dan membuat ruangan itu dilanda keheningan. 

Ketika Monice melayangkan pandangan berikutnya, Ji sudah tertidur bersanggah tangan di mejanya. "Imut sekali.., pasti melelahkan." 

Hari sudah pagi ketika Ji terbangun dengan dokumen yang sudah tertata rapi dimejanya. 

"Oh? aku baru mau membangunkan Anda.." Monice masuk membawakan teh diatas nampan. 

Ji mengedipkan matanya dan menguap kecil.  Kemudian menatap Monice yang berjalan ke meja. "Hn? Kau tidak tidur semalaman?" 

"Tidak masalah, aku sudah tidur sebelum datang kemari tadi malam." Monice menaruh nampan di meja dan mulai menuangkan tehnya. "Aku melihat Anda masih memiliki sedikit dokumen untuk diperiksa." Monice mengingatkan berkas yang belum Ji periksa. 

Ia mengangguk, menerima teh yang disodorkan Monice dan meminumnya. 

"Monice, apa ada jadwalku yang kosong minggu ini?" 

Monice menggeleng, "Tidak ada jadwal kosong sampai pertengahan musim panas." Agak mengurut dada mengetahui jadwal yang begitu melelahkan masih terus berlanjut. "Kalau begitu kurangi waktu istirahatku, aku ingin mengunjungi Ayah." 

Monice tersenyum pahit mendengarnya, "Apa sehari cukup?" 

Ji mengangguk. 

.

.

.

"Yo Ai!" Ratu berteriak marah kepada Ai di ruang kerjanya. Entah keberapa kalinya ia mendengar kata "tahta" yang sangat disukai anak sulungnya itu. 

Hanya satu sudut bibir Ai yang naik menanggapi amarah ibunya. "Pilih kasih." 

"Apa kau bilang?" Ratu jelas tidak suka dengan kesimpulan Ai. 

"Aku adalah Putri Mahkota sebelum Ji. Aku tidak melakukan kesalahan yang berarti tapi Ibu menggantinya menjadi Ji. Aku tidak bisa menemukan alasan lain kalau bukan Ibu menyukai Ji lebih daripada Ai," sinis Ai kepada Ratu. 

Ratu tersenyum miring mendengar pernyataan Ai. "Tentu saja, kau tidak mengerti apa-apa. Kalau kau mengerti kau tidak akan mengatakan hal seperti itu." 

"Tidak mengerti apa-apa?" Mendengar pernyataan itu membuat Ai kecewa. "Ibu tidak menyukaiku karena itu Ibu selalu mencoba mengusirku dengan pernikahan. Ibu tidak pernah datang ke istana ku untuk berkunjung sekalipun." Mata Ai berkaca-kaca, "Ketika aku ingin bermain, menyuruhku belajar. Tapi bahkan tidak mencariku ketika aku menghilang dari istana, padahal selalu mengirim orang untuk mencari Ji yang jelas hanya keluar untuk bermain." 

"Katanya aku begitu dekat dengan Paman dan Bibiku, tapi Ayah mengeksekusi mati Paman dan membuat Sarah meninggalkan istana. Kebetulan Ayah dan Ibu memang hebat membuatku ditinggal sendirian." 

"Aku lahir menjadi keluarga kerajaan tapi tidak ada yang menganggap serius perkataanku. Aku belajar begitu giat, tapi ternyata Ji yang hanya lahir dan bermain mendapatkan semuanya." Ai mengerat giginya.  

"Tau begini sebaiknya aku tidak usah dilahirkan saja!" Ai menatap mata Ibunya dengan marah.

Ratu dikecewakan oleh perkataan Ai, "Kau sudah selesai bicara, Ai?" 

"Aku telanjur lahir, seharusnya aku dieksekusi saja bersama paman!" 

Plak! Tangan Ratu menampar keras pipi Ai. 

"Bodoh!" Ratu memelototkan matanya, "Kau ingin tahta? Kau masih ingin tahta?!" 

"... aku lebih baik daripada Ji."

Ratu terdiam sejenak mendengarnya. Menghela napas kasar, "Baiklah, aku sudah lelah, tidak peduli lagi. Kau ingin melakukan apapun, terserah. Aku tidak ingin mengurusmu lagi." 

Ai mengangguk, ia berjalan keluar dari ruangan Ratu. Air matanya mengalir tapi salah satu sudut bibirnya ia tarik ke atas. Ia semakin percaya diri. Rencana mana yang bisa gagal di tanganku?

"Berkat dan kelimpahan bagi Kerajaan Emeria." Monice segera membungkuk, memberikan salamnya ketika berpapasan dengan Ai di lorong menuju ruangan Ratu Emeria. Ai tidak peduli, ia hanya berjalan cepat melewati Monice. 

Kalaupun rencanaku gagal, aku tidak akan mati sendirian. 


My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang