Entitled52

35 9 5
                                    

Mata Thea berkaca-kaca melihat nonanya itu masuk dari pintu restoran. Ia tidak bisa menahan air matanya ketika berlari menyusung kedatangan Monice. Thea langsung memeriksa Monice dari atas sampai ke bawah. "Nona.. Anda tidak apa-apa?? Biar saya melihat luka Anda.." Pintanya sambil menggenggam kedua tangan Monice. 

Monice tertawa kecil, menarik tangannya dan mengelus lengan Thea. Ia mengalihkan pandangannya lalu berjalan menuju orang di meja tunggu. "Suruh mereka melapor." Tentu saja, ia harus tahu apa yang sudah terjadi dari orang lain ketika ia tidak bisa menggunakan kelima indranya. 

"Nona.. Anda harus beristirahat.." Thea sudah terus menangis berhari-hari, itu terlihat dari matanya yang memerah dan wajahnya yang jadi tampak lebih tua. Ia mendapat informasi kalau nonanya terluka tapi Thea tidak tau cara menemuinya. 

Mengetahui tindakan aneh Ai ia semakin tidak sabar ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. 

Ai kembali ke ruangannya mendudukkan tubuhnya keras ke kursi kerja. Matanya menatap sebuah surat dengan bahasa mirip bahasa Emeria, bahasa Kerajaan Timur. Matanya melebar, ia membaca surat tebal dari Ruiz. 


I love you,


Kata pertama itu langsung membuat bulu kuduknya berdiri. Takut, ia tidak ingin terus membaca hal yang membuat perasaannya kacau. 


Hahah.. aku menulis surat ini lebih dahulu untuk menyerahkannya padamu. Mungkin.. surat terakhirku?? 

Yo Ai.. surat seperti apa yang kamu sukai? Selalu aku yang mengirim surat dan kamu hanya menerima tanpa membalasnya, jadi aku tidak tahu. 

Aku merasa agak takut.

Aku tahu menantang Ji berduel itu gegabah.. siapapun yang dekat denganku pasti tahu, aku tidak mungkin menang.

Akui saja Ai, aku lebih pintar daripada kamu. Semua yang kamu lakukan aku selalu tahu. Tapi tidak seperti masa lalu yang meninggalkan jejak, masa depan selalu menjadi tanda tanya. Aku tidak lebih mahir berpedang daripada Pangeran Ji. Tanda tanya besar apa yang terjadi nanti.. Tapi saat kamu menerima surat ini mungkin kejadian itu sudah jadi masa lalu.. Bagaimana aku selamat tidak?


Tangan Ai meremat kertas surat itu, air matanya sudah berjatuhan tanpa henti. "Aku tidak suka kamu Ruiz," emosi batinnya. "Aku tidak suka perasaan yang terbawa saat aku membaca surat ini!" Tapi hanya isakan yang keluar, sementara ia memaksa matanya untuk membaca surat itu. 


Emm, aku saja. Aku akan menyelesaikan masalah di perbatasan, itu ulahmu kan? Jangan bahayakan adikmu lagi. Aku tidak bisa membayangkan tidurmu yang tidak nyenyak atau makanmu yang tidak berselera. 

Maaf kalau aku menggagalkan rencanamu. Awalnya aku pikir orang tuamu akan berlaku adil dan memberimu kesempatan untuk merebutkan posisi mahkota. Aku tidak setuju kalau kamu harus menghabisi keluargamu sendiri. Serahkan posisi mahkota itu pada Pangeran Ji.. kalau aku masih hidup menyerahlah padaku. Kalau aku tidak selamat, di detik terakhir akan aku sampaikan pada adikmu untuk berbuat baik padamu. 

Apa kau marah? Pasti marah karena aku menggagalkan rencana pentingmu ya? Maaf.


Isakan Ai semakin keras. Ia tidak tahu bagaimana ia merasa begitu sedih. "Ruiz sebenarnya aku menganggapmu apa?" tanya hatinya. "Kenapa rasanya sakit sekali?"

My Moca II : MoniceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang